TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan optimistis bisa memenuhi target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Dia telah menyiapkan sejumlah strategi.
Capaian bauran energi dalam pembangkit listrik hingga November 2017 tercatat sebesar 12,52 persen. Bauran terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 7,27 persen, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 5 persen, dan EBT lainnya sekitar 0,25 persen.
Baca: Jonan: Program BBM Satu Harga Terealisasi 100 Persen
Untuk mencapai target, Jonan menuturkan butuh lebih banyak lagi pembangkit listrik. "Butuh kurang lebih 10 ribu MW pembangkit listrik lagi untuk capai 23 persen bauran energi," kata dia di Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa, 16 Januari 2018.
Jonan mengatakan Indonesia masih memiliki banyak potensi. Dari tenaga air misalnya, perusahaan listrik swasta telah membangun PLTA dengan kapasitas hampir 1.200 MW pada tahun lalu. Tarifnya juga diklaim kompetitif.
Potensi yang besar juga terdapat di energi panas bumi. Jonan mengatakan sumber daya Indonesia paling besar di dunia setelah Amerika. Meski penggunaannya di dalam negeri masih rendah, dia menuturkane eksplorasi energi panas ini semakin berkembang. Salah satunya, kata dia, adalah PLTB Sarulla di Tapanuli Utara yang tahun depan diproyeksi menghasilkan 3.300 MW.
Sumber energi lainnya adalah tenaga surya. Pemerintah sudah menjalin kerja sama dengan swasta terkait dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). "Kami memberikan wewenang kepada pengembang swasta untuk mengembangkan PLTS sesuai lokasi yang direncanakan pemerintah atau bersama PLN," kata dia.
Dia menuturkan PLTS saat ini belum menunjukkan perkembangan yang terlalu baik karena kapasitasnya masih kecil. Meski begitu, harganya dinilai sudah semakin kompetitif. PLTS diharapkan berkembang dengan sentimen tersebut.
Terkait dengan rasio elektronifikasi selama 2017, Jonan menuturkan angkanya lebih tinggi dari target pemerintah. Rasionya sebesar 94,91 persen atau lebih tinggi dari target yang dipatok 92,75 persen. Tahun ini, rasionya ditargetkan mencapai 95,15 persen. "Untuk 2019, kami targetkan bisa 99,9 persen meski di RPJMN dipatok 97,5 persen," kata Jonan.