TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo khawatir jika masuknya beras impor ke Indonesia, termasuk ke Provinsi Jawa Tengah, bersamaan dengan panen raya karena itu akan sangat merugikan para petani. "Kita dorong daerah di luar Jawa Tengah yang butuh, monggo saja untuk dipenuhi, tapi saran saya kalau Jawa Tengah sudah swasembada beras sehingga masih cukup, gak usahlah impor beras," ujarnya, di sela kunjungan kerjanya ke Pasar Kota Banjarnegara, Selasa, 16 Januari 2018.
Ganjar mengaku telah menghubungi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan mengkaji ulang rencana impor beras sebanyak 500 ribu ton. "Barusan saya telepon Mentan (Menteri Pertanian), kemarin juga sudah kita laporkan ke Presiden Joko Widodo agar kita menghitung betul cadangan beras nasional kita," katanya. "Ketika cadangan itu kita anggap cukup, maka saya minta rastra segera diturunkan, operasi pasar dilakukan."
Baca juga: Impor Beras Dinilai Akan Memukul Daya Beli Petani
Terkait hal itu, Ganjar meminta Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah memastikan daerah mana saja yang akan panen pada Februari dan Maret 2018 sebagai perhitungan stok cadangan beras. "Ini mesti dihitung betul," katanya.
Sebab, dari hitungannya, kata Ganjar, jika impor beras terjadi dan dua bulan lagi masuk ke Tanah Air, ia khawatir masuknya impor beras berbarengan dengan panen raya. "Sehingga harga beras nanti jatuh lagi, kita coba antisipasi berdasarkan pengalaman kemarin," ujarnya.
Setelah diketahui berapa jumlah cadangan beras di Jawa Tengah, Bulog diminta langsung melakukan tindakan yang diperlukan, terutama di sentra-sentra yang mengalami kenaikan harga beras cukup fluktuatif. "Kita jangan bicara tolak impor beras atau tidak, itu terlalu ekstrem dan nanti jadi provokatif, kita mau menghitung kondisi sebenarnya supaya pemerintah mau bertindak," katanya.
Saat berkunjung di Pasar Kota Banjarnegara, Ganjar kaget ketika mengetahui harga beras jenis C4 mencapai Rp 13 ribu per kilogram.
ANTARA