TEMPO.CO, Jakarta - Perencana keuangan Finansia Consultant, Eko Indarto, mengatakan naiknya harga emas dan lemahnya mata uang dolar Amerika Serikat harus dihadapi secara bijak. Menurut Eko, seseorang harus mempertimbangkan dua opsi dalam berinvestasi.
"Kalau memang ada kebutuhan jangka pendek, valas lebih baik. Misalnya harus keluar negeri, maka valas adalah alat yang tepat," katanya melalui pesan pendek kepada Tempo, Ahad, 14 Januari 2018. Adapun untuk kebutuhan yang tidak diperlukan segera, Eko menilai emas adalah investasi terbaik untuk jangka panjang.
Simak: Harga Emas Terus Naik Tiga Hari Terakhir
Harga emas dalam kontrak berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih tinggi untuk hari ketiga berturut-turut pada Jumat waktu setempat. Kenaikan harga emas antara lain karena nilai tukar dolar Amerika yang melemah. Dalam kontrak paling aktif untuk pengiriman Februari, harga emas naik 12,4 dolar Amerika atau 0,94 persen menjadi ditutup di US$ 1.334,90 per ounce.
Indeks dolar Amerika, yang mengukur greenback terhadap enam pesaingnya, turun 0,9 persen menjadi 90,98 pada pukul 19.30 GMT. Karena sebagian besar harga-harga komoditas dalam dolar Amerika, pelemahan mata uang tersebut dapat memberikan dukungan bagi aset-aset, seperti emas, meningkatkan daya tarik mereka di antara para pembeli yang menggunakan mata uang kuat.
Sedangkan logam mulia selain emas, seperti perak, untuk pengiriman Maret, harganya bertambah 17,5 sen atau 1,03 persen menjadi menetap di US$ 17,147 per ounce dan platinum untuk pengiriman April bertambah US$ 5,4 atau 0,55 persen menjadi ditutup pada US$ 996,2 per ounce. Demikian menurut siaran kantor berita Xinhua.
KARTIKA ANGGRAENI | ANTARA