TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Riset dan Strategi Bahana Sekuritas Andri Ngaserin mengatakan pasar saham Indonesia akan mencari keseimbangan meski untuk jangka menengah dan panjang. ''Tahun ini pasar akan mencari keseimbangan antara stabilitas makro ekonomi yang terjaga dengan beberapa faktor risiko yang membayangi,” ujar Andri dalam keterangan tertulis pada Minggu, 14 Januari 2018.
Dia merekomendasikan beberapa saham unggulan di pekan ketiga Januari ini. Saham-saham tersebut adalah Bank Mandiri (BMRI) dengan target Rp 8.500 perlembar, United Tractors (UNTR) dengan target harga Rp 39.700/lembar, Semen Indonesia (SMGR) dengan target harga Rp 11.600/lembar, Adaro Energy (ADRO) dengan target harga Rp 2.174/lembar dan Waskita Karya (WSKT) dengan target harga Rp 3.500/lembar.
Indofood CBP (ICBP) dengan target harga Rp 10.600/lembar, Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan target harga Rp 10.000/lembar dan Bank CIMB Niaga (BNGA) dengan target harga Rp 1.700/lembar.
Simak: Manfaatkan Momentum IHSG 6.000, Perhatikan Saham Ini
Faktor risiko yang membayangi tersebut adalah tren kenaikan harga minyak dunia, perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan kebijakan investasi pemerintah Cina.
Dari faktor kebijakan investasi pemerintah Cina, investor melihat Cina ingin mengurangi investasi langsungnya di luar negeri dalam waktu dekat termasuk di ASEAN. Dimana hal tersebut bisa berakibat pada perlambatan ekonomi domestik. “Investasi menjadi salah satu pendorong perekonomian Indonesia,” ucap Andri.
Sementara itu, menurut dia, tren kenaikan harga minyak dunia yang saat ini berada pada kisaran US$66 per barel, lebih tinggi dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar US$48 per barel. Hal ini akan berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan bila tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau bakal menimbulkan inflasi bila harga BBM subsidi naik.
Kondisi politik di dalam negeri yang akan menghadapi Pilkada serentak serta Pilpres 2019, akan menjadi faktor penentu bagi investor. Khususnya saat proses Pilkada sedang berlangsung hingga hasil akhirnya. Bila semuanya berjalan transparan dan hasil akhirnya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan membawa dampak positif.
Andri menuturkan, sentimen positif yang akan mewarnai pasar dan perekonomian sepanjang 2018 adalah berlanjutnya belanja infrastruktur dan dana subsidi untuk sosial serta dana - dana kampanye yang biasanya meningkat menjelang Pilkada serta Pilpres akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Harga komoditas global yang stabil meningkat khususnya harga batu bara pun akan memberi multiplier effect terhadap perekonomian.
Jika melihat beberapa faktor positif dan risiko, Andri memprediksi indeks diperkirakan tidak akan banyak bergerak pada semester pertama di 2018.
Namun pada semester kedua baru, akan terlihat pergerakan saham yang berarti tergantung pada proses dan hasil Pilkada serta menanti langkah yang akan diambil pemerintah untuk menyelamatkan anggaran 2018. “Kami memperkirakan indeks akan berada pada kisaran 7.000 sepanjang 2018,” ujar dia.