TEMPO.CO, Jakarta -Demam Bitcoin dimanfaatkan oleh band perempuan asal Jepang untuk menyanyikan lagu tentang mata uang digital. Band ini bernama Virtual Currency Girls.
Jepang adalah negara yang paling terbuka untuk urusan Bitcoin dan mata uang digital atau cryptocurrencies. Dalam debutnya beberapa hari lalu, grup musik berisikan delapan perempuan tersebut tampil dengan stelan french maid yang dipadukan dengan topeng ala pegulat Meksiko.
Topeng itu juga dilengkapi dengan semacam penutup telinga yang berbulu dan berwarna putih. Tepat di dahi mereka, ditempelkan logo cyptocurrencies seperti Bitcoin.
"Cyptocurrencies itu sangat mudah untuk dipahami, kami malah jadi berpikir mengapa tidak punya hal seperti ini sejak dulu. Kami ingin semua orang mempelajari tentang mereka," ujar Rara Naruse, pemimpin grup musik tersebut.
Dilansir dari Reuters, acara perkenalan dengan sekitar 20 orang fans yang berkumpul di Tokyo, masing-masing dari mereka memperkenalkan nama panggilan yang berbeda. Nama-nama mereka diambil dari nama cryptocurrency yang ada.
Setelah itu mereka tampil membawakan lagu mereka yang berjudul "The Moon, Cryptocurrencies and Me". Lagu ini banyak bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Bitcoin dan transaksinya. Beberapa bagian lagu bahkan menyampaikan tentang pesan keamanan melakukan transaksi trading Bitcoin.
Salah satu bagian lirik ini mengatakan "Hati-hati dengan kata kunci yang Anda gunakan! Jangan gunakan yang sama!". Selain itu ada pula bagian yang mengajak orang mempelajari cyprocurrency dengan cara yang lebih halus, seperti pada bagian "Hari yang panas, lupakan aku, pergilah ke bulan!".
Naruse lebih lanjut mengatakan bahwa tujuan mereka membuat lagu tentang cyrptocurrency bukan mengajak orang berinvestasi, melainkan mengenalkan kepada masyarakat luas tentang mata uang digital itu dengan cara yang menarik.
Jepang dan Korea Selatan selama ini memang menjadi surga bagi transaksi uang digital. Pesatnya pertumbuhan transaksi mata uang digital termasuk Bitcoin pada tahun lalu, membuat pihak pemerintah di sana perlu membuat kebijakan baru.
BISNIS