TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat di Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, beralih mengkonsumsi beras lokal dari Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.
"Saat ini harga beras impor naik, sehingga masyarakat beralih mengkonsumsi beras lokal," kata Kasi Pengadaan dan Penyaluran Dinas Tenaga Kerja Perindustrian dan Perdagangan Herizon, di Sungailiat, Jumat, 12 Januari 2018.
Ia menjelaskan, peningkatan konsumsi beras lokal ini berdasarkan hasil survei harga dan pengawasan di pasar. Harganya standar dan kualitasnya bagus. Hanya, produsen belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan survei di lapangan, harga beras premium di Pasar Sungailiat naik. Misalnya merek RM dari Rp 12 ribu naik menjadi Rp 13 ribu per kilogram. Demikian juga beras merek 118 dari Rp 128 ribu naik menjadi Rp 130 ribu per karung (satuan isi 15 kilogram).
Baca juga: Harga Beras Naik, Kementan: Perlu Diselidiki Aktor Intelektualnya
Kenaikan harga ini, Herizon mengatakan, untuk ukuran RM dan TR kiloan rata-rata 8,33 persen. Lalu untuk RM 5 kg 4,17 persen dan RM 10 kg 4,80 persen, sedangkan untuk RM dan TR 15 kg 5,24 persen dan jenis 118 ukuran 5 kg 1,56 persen.
"Ini terjadi setiap akhir dan awal tahun. Pedagang menaikkan harga karena distributor di Pangkalpinang terlebih dulu menaikkan harga dengan alasan cuaca buruk dan biaya transportasi," ujar Herizon.
Herizon menambahkan, hingga saat ini, dia belum menerima edaran atau arahan dari pemerintah provinsi terkait dengan program gubernur untuk menstabilkan harga beras dengan menyuplai 1.200 ton ke tujuh kabupaten dan kota.
"Kalau informasi dari teman di provinsi saya sudah terima, untuk edarannya yang belum terkait teknis penyalurannya," tuturnya.
ANTARA