TEMPO.CO, Jakarta - Rangkaian kereta (rolling stock) untuk kereta api ringan atau light rail transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) akan mengutamakan konten lokal, di mana melibatkan para pemangku kepentingan dalam negeri dalam produksi kereta.
"Kami ramai-ramai sepakat dengan semua stakeholder yang hadir bahwa kita mau bikin local content. Semua terlibat, ada BPPT, ada INKA, ada KAI, Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Afternoon Tea bersama wartawan di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa, 9 Januari 2018.
Luhut menuturkan pihaknya menggelar rapat koordinasi untuk membahas pengadaan rangkaian kereta untuk proyek LRT Jabodebek yang ditargetkan bisa beroperasi 2019.
Luhut berharap dengan mengedepankan konten lokal dalam proyek tersebut akan mendorong kebangkitan industri dalam negeri.
Baca juga: Rolling Stock LRT Jabodebek PT INKA Ditargetkan Selesai 2019
Menurutnya, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengembangkan industri perkeretaapian. PT INKA sebagai BUMN produsen kereta api telah memiliki kisah sukses dalam proyek Kereta Bandara dan LRT Palembang.
"Kalau ini momentum jalan, maka Indonesia secara bertahap dan pasti masuk ke dalam pembangunan industri dalam negeri," katanya seraya menyebutkan PT LEN Industri dan PT Barata Indonesia juga akan masuk dalam pengadaan kereta LRT Jabodebek.
Kendati demikian, Luhut mengatakan pemerintah tidak akan gegabah untuk sepenuhnya mengandalkan dalam negeri karena tetap membutuhkan konsultasi dengan pihak yang lebih berpengalaman.
Selain itu, propulsi atau motor penggerak kereta listrik juga akan tetap diimpor walaupun tetap disyaratkan adanya alih teknologi.
"Kami sepakat akan menyiapkan konsultan asing untuk memonitor pembangunan LRT Jabodebek, sehingga kualitasnya juga tidak kurang. Propulsi kita akan pakai tetap dari luar karena kita belum bisa bikin mesinnya. Tapi kita minta alih teknologi," katanya.
ANTARA