TEMPO.CO, Jakarta - Melonjaknya harga beras pada awal 2018 mendorong pemerintah mengambil langkah strategis. Seusai rapat di Kantor Wakil Presiden, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan ada dua langkah yang diputuskan.
"Pemerintah akan menjalankan rastra (beras sejahtera) bulan ke-13. Itu saja dulu. Di samping itu, tetap ada operasi pasar dari Bulog sehingga kami mengusahakan menahan harga beras," ujarnya saat dicegat awak media, Selasa, 9 Januari 2018.
Harga beras pada awal tahun ini melebihi harga pada periode yang sama tahun lalu. Di Pasar Induk Beras Cipinang, harga beras jenis medium pada akhir pekan lalu mencapai Rp 10.500-11.500. Tahun lalu, harga beras pada awal 2017 sekitar Rp 9.500.
Menurut sejumlah pedagang di Pasar Induk Cipinang, kenaikan harga beras sudah terasa sejak November 2017. Pada periode itu, harga beras medium sudah melebihi Rp 9.500, sementara harga eceran tertinggi adalah Rp 9.450 per kilogram.
Darmin melanjutkan, pemerintah juga akan terus memantau jumlah tanaman padi yang siap panen. Dari laporan yang didapat sejauh ini, musim hujan membuat situasi panen tidak sesuai dengan harapan walaupun panen tetap ada.
Saat ditanyai apakah opsi impor juga dibahas untuk menekan harga beras, Darmin mengklaim hal itu tidak dibicarakan. Fokus pemerintah, kata dia, adalah memastikan tanaman-tanaman padi siap panen pada Februari nanti.
"Musim hujan kan terjadi pada Oktober lalu sehingga penanaman padi agak awal. Mungkin sebagian akan panen pada Januari ini, tapi paling banyak diprediksi sekitar Februari dan puncaknya Maret atau April," ucapnya.