TEMPO.CO, Jakarta - Bank Mandiri resmi menyiapkan layanan jasa pengelolaan keuangan untuk Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Dalam kerja sama ini, RS Pusat Otak Nasional akan memanfaatkan Mandiri Hospital Application (MHAs) yang telah terintegrasi dengan sistem teknologi dan informasi dalam pengelolaan keuangan.
"Sebagai bank pemerintah, kami membantu pengelolaan keuangan pemerintah, yang salah satunya masuk ke rumah-rumah sakit atau jasa kesehatan," ujar Direktur Kelembagaan Bank Mandiri Kartini Sally, di RS Pusat Otak Nasional Jakarta, Senin, 8 Januari 2018.
Kartini mengatakan layanan pengelolaan keuangan ini bertujuan agar rumah sakit dapat lebih tertib mengelola keuangan. Sebab, akuntabilitas pengelolaan keuangan harus dipertanggungjawabkan. "Rumah sakit harus tertib masalah pengelolaan keuangan. Selama ini mungkin rumah sakit jasa pelayanannya saja," katanya.
Kartini berujar, dalam layanan pengelolaan keuangan ini, RS Pusat Otak Nasional akan memanfaatkan program-program dari Bank Mandiri, seperti cash management, pengelolaan keuangan, serta sistem pay roll. Hal ini bertujuan melihat sistem pengeluaran dan pemasukan rumah sakit yang bersangkutan. "Rumah sakit ini kan income-nya banyak sekali, mulai parkir, yang kecil-kecil, hingga rekonsiliasi klinik-kliniknya."
Menurut Kartini, salah satu fasilitas yang diberikan Bank Mandiri antara lain sistem bridging untuk rekonsiliasi BPJS Kesehatan. Sistem ini merekonsiliasi tagihan BPJS kesehatan secara otomatis. "Kami menyediakan fasilitas untuk tagihan BPJS Kesehatan, yang mana yang sudah oke, yang mana yang belum, BPJS nanti akan melihat langsung," tuturnya.
Saat ini sudah ada 11 rumah sakit yang bekerja sama dengan Bank Mandiri dalam pengelolaan keuangan. Di antaranya RS Adam Malik, RS Fatmawati, serta RS Pusat Otak, yang dijadikan pilot project. "Yang sudah pasang aplikasi ini ada 11, seperti Hasan Sadikin yang paling komplet, Mohammad Husein Palembang, Fatmawati, Sardjito, dan Karyadi," ujar Kartini.
Kartini menyebut dana yang dihimpun dari sektor jasa keuangan untuk sistem pay roll dan cash management kira-kira mencapai Rp 150 miliar. "Masih awal, kira-kira jumlahnya sampai Rp 150-an miliar."