TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan tak ada potensi krisis sepuluh tahunan terjadi pada 2018. Kekhawatiran krisis sepuluh tahunan ini muncul mengingat resesi yang melumpuhkan sebagian besar ekonomi dunia pada 1998 dan 2008.
Hans berujar, ekonomi global kemungkinan bakal terdampak perlambatan ekonomi Cina yang tampaknya mengerem pertumbuhan ekonominya. Namun dia tak melihat hal itu akan berdampak pada krisis.
"Kalau sekarang, kami belum menemukan sesuatu yang bakal menjadi masalah krisis," ucap Hans melalui telepon pada Selasa, 2 Januari 2018.
Baca: Analis: Ekonomi Indonesia di 2018 Penuh Peluang dan Risiko
Pada 1997-1998, tutur Hans, krisis terjadi lantaran adanya perubahan kebijakan di banyak negara berkembang, khususnya terkait dengan perdagangan bebas. "Padahal ada perbedaan inflasi di sana dan perbandingan ekspor-impor yang enggak terlalu balance, sehingga terjadi kerapuhan ekonomi tahun 1997-1998," katanya.
Sedangkan krisis ekonomi 2008, ucap Hans, dipengaruhi penggelembungan harga properti di Amerika Serikat.
"Terjadi bubble harga properti di sana seiring dengan naiknya suku bunga. Kredit macet perumahan properti pun terjadi, sehingga ada krisis subprime mortgage yang merugikan sampai 800 miliar dolar," ujar Hans.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso berpendapat senada. Namun Wimboh menuturkan otoritas akan berupaya mengatasi potensi siklus krisis. "Kami akan lihat supaya bank-bank mempunyai buffer likuiditas yang cukup. Likuiditas atau modalnya 23 persen, tinggi," kata Wimboh.