Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Akibat Cuaca dan Gunung Agung, Inflasi NTB Naik di Desember 2017

image-gnews
BI Minta Daerah Waspadai Inflasi
BI Minta Daerah Waspadai Inflasi
Iklan

TEMPO.CO, MATARAM - Selama bulan Desember 2017, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami inflasi sebesar 0,85 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 128,79 pada bulan November 2017 menjadi 129,88 pada bulan Desember 2017. Angka inflasi ini berada di atas angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,71 persen.

Secara terinci berdasarkan wilayahnya di NTB, Kota Mataram mengalami inflasi sebesar 0,70 persen dan Kota Bima mengalami inflasi sebesar 1,38 persen.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Endang Tri Wahyuningsih, inflasi di NTB sebesar 0,85 persen terjadi karena adanya kenaikan harga. ''Kemarin itu ada peringatan Maulid. Ini biasanya yang terjadi. Sedangkan yang tidak bisa diprediksi inflasi di Bima,'' kata Endang Tri Wahyuningsih menjelaskan inflasi di kantornya, Selasa 2 Januari 2018.

Simak: BPS: Inflasi Desember 2017 Dipicu Kenaikan Harga Bahan Makanan

BPS NTB menghitung 400 komoditas. Pengeluaran terbesar berasal dari kelompok makanan. Ini disebabtkan cuaca sehingga menimbulkan melambungnya harga cabe dan sayur-sayuran di Bima. Kendala angkutan udara akibat erupsi gunung Agung yang berpengaruh tiada operasinya penerbangan dari dan ke Lombok.

Secara rinci, Endang tri Wahyuningsih memaparkan kenaikan indeks pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 3,28 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar sebesar 0,23 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,17 persen, Kelompok Kesehatan sebesar 0,1 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,03 persen dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,03 persen.

Laju inflasi NTB tahun kalender Desember 2017 sebesar 3,70 persen lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender Desember 2016 sebesar 2,61 persen. Demikian pula laju inflasi “tahun ke tahun” Desember 2017 sebesar 3,70 persen lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi “tahun ke tahun” di bulan Desember 2016 sebesar 2,61 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga di bulan Desember 2017 ini antara lain Tomat Sayur, Beras, Angkutan Udara, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, Jeruk, Bahan Bakar Rumah Tangga, Tongkol/Ambu-Ambu, Cumi-Cumi dan Pisang. Sedangkan komoditas–komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain Tarip Pulsa Ponsel, Minyak Goreng, Selar/Tude, Emas Perhiasan, Teri, Jeruk Nipis/Limau, Bawang Putih, Pir, Telepon Seluler dan Minuman Ringan.

Dari sebelas sub kelompok dalam kelompok ini, 10 sub kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok Sayur-sayuran sebesar 14,49 persen dan inflasi terendah terjadi pada sub kelompok Bahan Makanan Lainnya sebesar 0,16 persen. Sedangkan deflasi hanya terjadi pada sub kelompok Lemak dan Minyak sebesar 0,57 persen. Secara keseluruhan pada bulan Desember 2017, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,7586 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada bulan Desember 2017 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan IHK sebesar 132,56 lebih tinggi dibandingkan bulan November 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,14 persen dengan IHK sebesar 132,34.

Dari tiga sub kelompok dalam kelompok ini, semua sub kelompok mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebesar 0,27 persen dan inflasi terendah terjadi pada sub kelompok Minuman yang Tidak Beralkohol sebesar 0,04 persen.

Secara keseluruhan pada bulan Desember 2017, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0332 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain Ayam Bakar, Rokok Kretek Filter, Rokok Kretek, Ikan Bakar dan Ayam Goreng. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain Minuman Ringan, Teh dan Coklat Batang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mendag Zulkifli Hasan Gandeng Kepolisian untuk Jaga Stabilitas Bahan Pokok Momen Lebaran 2024

2 hari lalu

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meninjau harga bahan pokok di Pasar Klender SS, Jakart, Senin 26 Februari 2024. Zulkifli Hasan mengatakan, kenaikan harga bahan pokok sebelum Ramadan sudah menjadi permasalahan tahunan yang dihadapi masyarakat, menurutnya hal ini berkaitan dengan peningkatan permintaan yang melonjak. TEMPO/Tony Hartawan
Mendag Zulkifli Hasan Gandeng Kepolisian untuk Jaga Stabilitas Bahan Pokok Momen Lebaran 2024

Menteri Perdagangan atau Mendag Zulkifli Hasan menggandeng Kepolisian untuk menjaga stabilitas bahan pokok selama Lebaran 2024.


Rupiah Merosot ke Level Rp15.803 per Dolar AS, Analis: Ada Potensi Penguatan

2 hari lalu

Ilustrasi rupiah. Pexels/Ahsanjaya
Rupiah Merosot ke Level Rp15.803 per Dolar AS, Analis: Ada Potensi Penguatan

Nilai tukar rupiah diprediksi karena The Fed belum akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.


Sri Mulyani Sebut Inflasi Stabil, Namun Waspada dengan Harga Pangan

3 hari lalu

Menkeu Sri Mulyani menunjukan bukti SPT Pajak kepada Presiden Joko Widodo usai Penyerahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Tahun Pajak 2023 di Istana Negara, Jakarta, Jumat 22 Maret 2024. Masyarakat Indonesia yang merupakan wajib pajak diberikan tenggat waktu pelaporan surat pemberitahuan (SPT) tahunan pajak 2023 hingga 31 Maret 2024. Pelaporan mudah, tidak perlu lagi datang ke kantor pajak. TEMPO/Subekti.
Sri Mulyani Sebut Inflasi Stabil, Namun Waspada dengan Harga Pangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai inflasi Indonesia masih rendah. Inflasi Februari 2024 tercatat sebesar 2,75 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Sedangkan sepanjang tahun atau year to date (ytd) sebesar 0,41 persen.


THR dan Gaji ke-13 ASN Dinilai Tak Efektif Kerek Perekonomian, Ekonom: Perbaiki Upah Pekerja Sektor Industri dan Jasa

6 hari lalu

Ilustrasi pekerja menerima THR. Antara
THR dan Gaji ke-13 ASN Dinilai Tak Efektif Kerek Perekonomian, Ekonom: Perbaiki Upah Pekerja Sektor Industri dan Jasa

Ekonomi CORE Eliza Mardian mengatakan, THR dan gaji ke-13 ASN tak berdampak signifikan bagi perekonomian.


Ekonom Kritik Pasar Murah Pemerintah, Hanya Parasetamol Inflasi Pangan

7 hari lalu

Warga membeli minyak goreng yang dijual dalam operasi Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman (Pak Rahman) di Kecamatan Candisari, Semarang, Jawa Tengah, Kamis 7 Maret 2024. Pemkot Semarang bersama Bulog setempat menggelar program operasi pasar murah Pak Rahman secara rutin di sejumlah titik sebagai upaya pengendalian harga pangan terutama beras jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yakni bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mendatang. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Ekonom Kritik Pasar Murah Pemerintah, Hanya Parasetamol Inflasi Pangan

Pasar murah dianggap hanya solusi sementara. Peran pemerintah pusat dan daerah yang lebih substansial dilewatkan.


BI Lihat Ada Peluang Suku Bunga Turun di Semester II 2024

7 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
BI Lihat Ada Peluang Suku Bunga Turun di Semester II 2024

BI memperkirakan, suku bunga Fed Funds Rate (FFR) mungkin akan mulai turun pada semester II 2024.


Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

8 hari lalu

Pembeli tengah memilih pakaian di pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024. Pemerintah akan kembali menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1 persen menjadi 12%, yang mulai berlaku pada tahun depan atau per 1 Januari 2025.  TEMPO/Tony Hartawan
Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.


Tekan Laju Inflasi, Pemprov Sumut Gencarkan Pasar Murah, Tanam Sayur dan Cabai hingga Mudik Gratis

8 hari lalu

Pedagang menata tumpukan cabai di Pasar Senen, Jakarta, Senin, 8 Juli 2019. Harga cabai rawit kembali meroket di pasar tradisional di Jakarta. Bila sebelumnya harga cabai masih di kisaran Rp 40 ribu, sekarang sudah menembus Rp 70 ribu per kilogram. TEMPO/Tony Hartawan
Tekan Laju Inflasi, Pemprov Sumut Gencarkan Pasar Murah, Tanam Sayur dan Cabai hingga Mudik Gratis

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara optimistis bisa menjaga inflasi di antaranya dengan meminta semua kepala daerah menggelar pasar murah.


Catatan Ketua MPR RI: Merawat Daya Beli dan Konsumsi Rumah Tangga

8 hari lalu

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo
Catatan Ketua MPR RI: Merawat Daya Beli dan Konsumsi Rumah Tangga

Mahalnya harga beras dan bahan pangan lain sudah pasti berkontribusi pada laju inflasi.


Ekonom Sebut Harga Pangan Masih Pengaruhi Inflasi Periode Maret-April

8 hari lalu

Pedagang tengah melayani pembeli di Pasar PSPT, Jakarta, Rabu, 1 November 2023. BPS melaporkan sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar terhadap inflasi Oktober 2023 yang mencapai 2,56% secara tahunan atau (year-on-year/yoy). Tempo/Tony Hartawan
Ekonom Sebut Harga Pangan Masih Pengaruhi Inflasi Periode Maret-April

Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky memproyeksi inflasi Maret dan April 2024 sehubungan dengan harga pangan yang sampai sekarang masih tinggi.