TEMPO.CO, Jakarta -Perusahaan raksasa penerbangan asal Prancis Airbus SE, kebanjiran pemesanan di penghujung tahun 2017. Airbus meneken pemesanan 700 unit pesawat pada detik-detik akhir sebelum libur akhir tahun 2017. Kesepakatan ini menjadi pelipur lara, setelah penjualan Airbus anjlok di level 400 unit.
Salah satu yang paling signifikan ialah pemesanan 430 unit pesawat dengan nilai transaksi mencapai US$ 50 miliar atau senilai Rp 668,2 triliun yang diteken pekan lalu. Hal ini merupakan lanjutan dari komitmen awal pemesanan yang dilakukan bersamaan oleh empat maskapai usai diselenggarakannya Dubai Airshow 2017, November lalu.
Baca: Ekspansi Penerbangan, Batik Air Beli Tujuh Airbus
Para pemesan mega transaksi ini ialah Maskapai Hungaria, Wizz Air; maskapai penerbangan murah Amerika Serikat, Frontier Airline; Volaris asal Meksiko; dan maskapai Chile, Jetsmart. Pemesanan terdiri dari 274 unis pesawat Airbus A320 dan 156 unit jenis A321Neos. Adapun kerja sama diteken oleh Indigo Partner , investor maskapai Jetsmart yang menjadi perwakilan maskapai yang paling banyak memesan pesawat.
Managing Partner of Indigo Partners, Bill Franke, mengatakan kesepakatan ini akan bermanfaat bagi seluruh pihak. Dia yakin pembelian pesawat termutakhir merek ini akan menjadi nilai tambah bagi pihak pengguna seperti maskapai yang terlibat. "Konsumen mendapat pengalaman yang berharga ketika menikmati terbang bersama maskapai kami," ujar Franke, seperti dilansir CNBC.
Bagi Airbus, nilai kesepakatan US$ 49,5 miliar masih masuk kategori transaksi murah. Airbus diperkirakan akan memangkas harga dalam mega transaksi kali ini. "Yang pasti kesepakatan sudah rampung, urusan mesin akan ditentukan kemudian dalam waktu dekat," ujar Franke.
Tak kurang ada lebih dari 200 pemesanan lainnya yang bakal menyibukkan Airbus sejak awal tahun ini. China Aircraft leasing secara mendadak meningkatkan pemesanan tambahan 50 unit A320neos. Tambahan order tersebut membuat nilai kontrak yang datang dari negeri Tirai Bambu bertambah US$ 5,4 miliar. Sebelumnya perusahaan Cina tersebut menyepakati transaksi pemesanan 140 unit pesawat dengan nilai US$ 22 miliar.
Kesepakatan ini juga membuat Airbus mampu kembali meyakinkan mitra-mitra potensialnya atas model pesawat unggulan lain, seperti Airbus A380. Pesawat yang rencananya dipasarkan tahun 2019 ini sempat gagal meyakinkan maskapai asal Uni Emirat Arab, Emirates, di pameran Dubai Airshow lalu. "Kami harus memastikan kepastian dan masa depan model pesawat tersebut," kata Presiden Emirates Tim Clark.
Meski begitu, banyaknya kesepakatan yang terjadi di akhir tahun ini bisa membuat momen pensiun Kepala Pemasaran Airbus John Leahy tak begitu buruk. Sepanjang tahun ini saham Airbus tumbuh 33 persen dengan valuasi mencapai US$ 77,7 miliar. Dibandingkan Boeing, angka tersebut masih jauh merujuk pada pertumbuhan saham yang mencapai 91 persen dengan valuasi US$ 176,7 miliar.