TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menilai pentingnya peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun depan. Menteri Darmin mengatakan hal itu merupakan salah satu indikator dalam perkembangan pasar modal.
"Itu salah satu indikator penting dalam perkembangan pasar modal, bukan hanya IHSG (indeks harga saham gabungan), tapi juga jumlah yang IPO," ucap Darmin di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 29 Desember 2017.
Baca Juga:
Darmin menuturkan pencapaian pasar modal tahun ini cukup bagus dengan 37 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya. Darmin pun berujar, akan lebih baik jika target IPO tahun depan bertambah dari tahun ini. "Tahun ini, 37 perusahaan bisa IPO dan bagus. Kami harapkan tahun depan ya lebih dari itu. Ya, kalau bisa 50 perusahaan, itu bagus," ucap Darmin.
Baca: Tutup Perdagangan BEI, Jokowi Lega Prediksi Buruk Tak Terwujud
Sebelumnya, Direktur Penilaian BEI Samsul Hidayat mengatakan BEI optimistis kondisi ekonomi tahun depan bakal membaik dan mendorong pertumbuhan korporasi. Kendati begitu, Samsul berujar, target tahun depan tak berubah dari tahun ini, yakni 35 IPO.
"Bursa meyakini, dengan kondisi ekonomi yang cukup baik dan program infrastruktur pemerintah yang saat ini sedang berjalan, kami kira dunia usaha akan menjadi lebih efisien tahun depan," tutur Samsul di gedung BEI, Jumat, 29 Desember 2017.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan target dalam dua tahun mendatang adalah meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) hingga Rp 10 ribu triliun. Tito berujar, target tersebut demi meningkatkan kapitalisasi pasar bursa terhadap produk domestik bruto (PDB). Kapitalisasi pasar bursa Indonesia, ucap dia, masih tertinggal oleh Singapura, Malaysia, dan Thailand.
"Malaysia 200 (persen terhadap PDB), Singapura 120 persen, dan Thailand di atas 100. Kalau Rp 10 ribu triliun kita masih 65 persen terhadap GDP, masih ketinggalan," ujar Tito.