TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo merespons positif indeks harga saham gabungan atau IHSG yang menembus angka 6.355,6 pada penutupan perdagangan tahunan menjelang libur tahun baru, Jumat, 29 Desember 2017.
Meningkatnya indeks pasar modal dipengaruhi pula oleh indikator lain yang juga menunjukkan kondisi baik, seperti nilai tukar rupiah.
"Nilai tukar rupiah sampai akhir 2017 itu hanya terdepresiasi 0,7 persen. Tahun lalu kita apresiasi 2,3 persen. Jadi, di tengah gejolak dunia yang cukup tinggi, nilai tukar rupiah itu terjaga," ujar Agus di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, pada Jumat, 29 Desember 2017.
Baca: IHSG Tembus 6.355, Sri Mulyani Yakin Investor Lirik Indonesia
Agus mengatakan inflasi terjaga rendah dan stabil di posisi 3-3,5 persen pada 2017. Jika kondisi terjaga konsisten, pada 2018 inflasi sekitar 3,5 persen plus-minus 1 persen.
Menurut Agus, neraca perdagangan tercatat surplus sebesar US$ 12 miliar hingga November 2017. Selain itu, cadangan devisa Indonesia pun berangsur meningkat sampai akhir November 2017 sebesar US$ 135,95 miliar, dan hal itu sepadan dengan 8,1 bulan impor.
Ia menilai Indonesia sudah menunjukkan pencapaian yang baik selama 2017. Ia pun optimistis pertumbuhan ekonomi 2018 bisa mencapai 5,1-5,5 persen. "Kita lihat juga pertumbuhan ekspor kita dibanding tahun lalu. Jadi ini semua menunjukkan kondisi ekonomi membaik dan merupakan tanda 2018 lebih baik," tutur Agus terkait dengan melejitnya IHSG pada 2017.