TEMPO.CO, Jakarta-Presiden Joko Widodo atau Jokowi menutup perdagangan di Bursa Efek Indonesia atau BEI hari ini yang ditunjukkan dengan pencapaian indeks harga saham gabungan sebesar 6355,65. Pencapaian IHSG hari ini, kata Jokowi, adalah salah satu wujud tidak terbuktinya prediksi-prediksi di awal tahun.
"Indeks 6355,65 adalah angka yang di luar perkiraan kita semua. Dulu banyak yang menyampaikan bahwa 6000 saja (di penutupan) sudah untung, sudah senang. Kalau sekarang 6355 gimana coba?" ujar Jokowi saat memberikan sambutan di BEI, Jumat, 29 Desember 2017.
Jokowi berkata, di awal tahun 2017 banyak prediksi atau analisis ekonomi buruk yang berbanding terbalik dengan pencapaian di akhir tahun. Selain pencapaian IHSG yang jauh di atas perkiraan dan sempat memecahkan rekor, salah satunya adalah arus investasi asing ke Indonesia.
Di awal tahun, kata Jokowi, pemerintah diwanti-wanti untuk mewaspadai efek manuver Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menggalakkan kebijakan proteksionis. Hal yang ditakutkan kala itu, kata Presiden Joko Widodo, adalah banyak arus modal yang seharusnya diinvestasikan ke Indonesia namun malah balik kampung ke AS.
Kenyataannya, menurut Presiden Joko Widodo, investasi internasional Indonesia tumbuh lumayan bagus. Ia mengklaim investasi internasional Indonesia double digit secara prosentase, sekitar 13-13 persen.
Contoh lain, Jokowi mengatakan bahwa di awal tahun analis-analis memprediksi kenaikan suku bunga AS akan membuat nilai mata uang rontok. Walau sempat khawatir, Jokowi mengatakan terjadi adalah mata uang dolar AS melemah sepanjang tahun, bahkan sudah kembali ke titik saat Trump memenangkan Pemilu AS.
"Ekspor di Asia pun melonjak. Ekspor Indonesia, tahun ini, naik double digit sekitar 15-17 persen. Kita juga dapat status layak investasi, lalu fitch rating menaikkan dari BBB- ke BBB," ujar Presiden Joko Widodo dengan bangga.
Presiden Joko Widodo berkata, pencapaian baik yang didapat Indonesia selama 12 tahun terakhir menunjukkan bahwa prediksi buruk belum tentu terjadi. Kabar-kabar buruk, memang lebih seksi untuk diberitakan, namun berita-berita bagus penting untuk menumbuhkan optimisme.
Oleh karenanya, Jokowi berharap publik, investor maupun pelaku ekonomi untuk tidak mudah takut dengan prediksi-prediksi buruk. "Jangan keseringan baca analisa ekonomi di medsos yang kadang nggak ngerti sumbernya dari mana," ujarnya mengakhiri.