TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 mencapai 5,1-5,5 persen. Hal tersebut dikarenakan perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan dari 2015 sampai 2017.
"Pertumbuhan ekonomi pada 2017 ada di kisaran 5,05 persen," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di gedung BI, Kamis, 28 Desember 2017.
Baca: Risiko Global Menghantui 2018, Menkeu: Ekonomi Tumbuh 5,4 Persen
Sebelumnya, pada 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,9 persen. Kemudian membaik sejak 2016 menjadi 5,02 persen. Agus mengatakan pertumbuhan tersebut membaik karena adanya perbaikan sisi investasi dan ekspor.
Impor, kata Agus, juga menunjukkan kondisi meningkat. "Dunia usaha pun mempersiapkan diri untuk 2018 dalam hal kapasitas dan membuat kondisi ekonomi yang lebih baik."
Selain itu, pada Mei 2017, lembaga pemeringkat internasional Standard&Poor's (S&P) telah menetapkan investment grade. "Ini kondisi yang historis," ucap Agus.
Agus juga memaparkan neraca perdagangan tercatat surplus sebesar US$ 12 miliar hingga November 2017. Selain itu, cadangan devisa Indonesia pun berangsur meningkat sampai akhir November 2017 sebesar US$ 135,95 miliar dan hal itu sepadan dengan 8,1 bulan impor.
Sedangkan inflasi, menurut Agus, cukup terjaga rendah dan stabil dalam 3-3,5 persen pada 2017. Jika kondisi terjaga konsisten, pada 2018 inflasi sekitar 3,5 persen plus-minus 1 persen.
Dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen dengan inflasi 3,5 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar dipatok Rp 13.500 dan suku bunga SPN 3 bulan 5,3 persen. Harga minyak (ICP) ditargetkan US$ 48 per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari (bph), dan lifting gas 1,2 juta barel setara minyak.
Pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp 1.878,4 triliun dan belanja negara Rp 2.204,4 triliun. Defisit anggaran tahun depan ditetapkan 2,19 persen atau Rp 325,9 triliun.