TEMPO.CO, Jakarta -Membaiknya kinerja pasar modal dan harga saham secara global membuat aset orang-orang terkaya kian melambung. Kabar yang dilansir Livemint, kemarin, menyebutkan harta 500 miliarder yang masuk dalam daftar Bloomberg Billionaire Index melesat hingga US$ 1 triliun (Rp 13.557 triliun) sepanjang tahun ini.
Kenaikan nilai aset tersebut mencapai empat kali lipat jika dibanding tahun lalu. Secara tahunan, indeks Bloomberg Billionaire mampu tumbuh hingga 23 persen, lebih tinggi ketimbang indeks saham selevel MSCI World Index atau S&P 500 yang bertumbuh 20 persen.
Menurut Chief Investment Officer UBS Wealth Management, Mike Ryan, pada akhir sesi perdagangan Selasa lalu para miliarder itu menangguk untung US$ 5,3 triliun. "Ini adalah efek dari tren bullish (kenaikan nilai saham) kedua terpanjang dalam sejarah," kata dia.
Miliarder yang mencetak pertumbuhan kekayaan tertinggi adalah bos Amazon, Jeff Bezos. Aset Bezos naik US$ 34,2 miliar dan kini ia menguasai total harta US$ 99,6 miliar. Bernard Arnault, pemilik merek barang mewah Moet Hennessy Louis Vuitton, menikmati kenaikan aset hingga US$ 23,6 miliar. Namun, jika dihitung berdasarkan total aset, Arnault yang menyimpan US$ 62,8 miliar berada di posisi keenam daftar miliarder terkaya versi Bloomberg.
Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, menempati posisi ketiga dalam hal pertumbuhan aset, yakni mencapai US$ 22,6 miliar sepanjang tahun ini. Dengan total aset US$ 72,56 miliar, Zuckerberg menduduki posisi kelima daftar miliarder terkaya.
Kepala Eksekutif Alphabet, Larry Page, menikmati pertumbuhan aset senilai US$ 12,9 miliar, sehingga dia menguasai total kekayaan US$ 52,9 miliar. Adapun investor gaek, Warren Buffet, mencetak pertumbuhan aset US$ 11,8 miliar dan berada di posisi tiga miliarder terkaya dengan nilai harta US$ 85 miliar.
Selain yang bertambah kaya, ada pula miliarder yang mengalami penurunan aset.
Sepanjang tahun ini, tercatat sebanyak 58 dari 500 miliarder dunia mengalami penurunan aset, dengan total nilai US$ 46 miliar. Pangeran Arab Saudi, Alwaleed bin Talal, adalah satu di antaranya. Harta sang pangeran turun US$ 1,9 miliar menjadi US$ 17,8 miliar setelah dia ditahan atas dugaan korupsi. Juragan telekomunikasi asal Prancis, Patrick Drahi, juga mengalami penurunan aset US$ 4,1 miliar atau 39 persen dari total hartanya.
Di samping fluktuasi aset para miliarder, ada juga riset yang menyebutkan peralihan harta kepada para ahli waris. Hasil riset Union Bank of Switzerland (UBS) Mei lalu menyatakan akan terjadi suksesi besar-besaran dalam keluarga miliarder ultra-kaya di Asia. Menurut Head Global Family Office Asia-Pacific UBS, Anurag Mahesh, sepertiga dari miliarder terkaya di Asia-Pasifik akan mewariskan asetnya dalam lima tahun ke depan.
Miliarder ultra-kaya adalah sebutan bagi seseorang yang memiliki aset produktif di atas US$ 30 juta. Data lembaga riset Knight Frank menyebutkan ada 46.080 individu di Asia yang masuk kriteria tersebut sepanjang tahun lalu. Jika dijumlahkan, nilai aset orang-orang terkaya di Asia mencapai US$ 4,84 triliun pada 2016. Dalam daftar miliarder yang dirilis Forbes, Maret lalu, miliarder terkaya Asia adalah bos grup Samsung, Lee (Byung-Chull), yang memiliki harta US$ 29,6 miliar. Posisi kedua ditempati keluarga Chearavanont, pemilik Charoen Pokphand, dengan aset US$ 27,7 miliar.