TEMPO.CO, Jakarta - Realisasi ekspor beberapa hasil tambang pada tahun 2017 ini masih berada jauh di bawah rekomendasi ekspor. Hasil tambang tersebut antara lain adalah nikel dan bauksit.
"Karena (realisasinya) tidak mudah," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bambang Gatot Ariyono, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu, 27 Desember 2017.
Baca: Pemerintah Keluarkan Aturan Baru Ekspor Konsentrat
Rekomendasi ekspor yang telah dikeluarkan oleh KESDM sampai dengan 30 November 2017 untuk nikel untuk 14 perusahaan adalah 22,98 juta ton. Namun, sampai dengan 30 November 2017 realisasi ekspor bijih nikel kadar rendah baru mencapai 3,07 juta ton atau sekitar 13,38 persen.
Untuk bauksit rekomendasi ekspor telah diberikan kepada 6 perusahaan dengan jumlah 14,92 juta ton. Sedangkan untuk realisasinya, sampai dengan 30 November 2017 hanya sebesar 696 ribu ton, sekitar 4,66 persennya.
Bambang mengatakan salah satu penyebab rendahnya realisasi adalah kesulitan penambangan, meskipun harga lumayan bagus. Misalnya saja, kata dia, batubara yang harga komiditinya cukup bagus. "Itu kadang-kadang untuk proses penambangannya cari kontraktor pun sekarang sulitnya bukan main," katanya.
Menurut Bambang, aspek lain yang membuat penambangan sulit adalah dari segi lingkungan. Sebab, kata dia, dalam aktivitas penambangan nikel dan bauksit tentu harus mematuhi rambu-rambu tentang lingkungan. "Itu harus hati-hati karena sekarang ketat sekali," ucapnya.