TEMPO.CO, Jakarta -Ekonom Institute for Development of Economics dan Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara memprediksi pada 2018, harga Bitcoin bisa tembus sampai US$ 30.000 jika trennya terus menunjukan positif. “Satu koinnya bisa tembus sampai Rp 450 juta,” ujar Bhima saat dihubungi pada Rabu, 27 Desember 2017.
Harga Bitcoin saat ini sudah mencapai sekitar US$ 16.000 per koinnya. Bhima juga memprediksi sampai akhir tahun 2017 nanti, Bitcoin bisa sampai US$ 17.000. Harga Bitcoin sempat mengalami koreksi cukup tajam hingga turun sampai 40 persen.
Menurut Bhima, hal itu didorong banyaknya trader yang ingin masuk ke Bitcoin. Jika dulu Bitcoin hanya berada di putaran hacker computer saja, tapi kini sudah di Amerika Serikat sudah diperdagangkan secara umum.
“Ke depannya akan banyak investor yang masuk seperti manajer besar atau bank internasional sudah mulai memperdagangkan bitcoin,” kata dia.
Ia menuturkan nantinya Bitcoin akan diperdagangkan di banyak negara. Negara-negara tersebut akan mengikuti langkah yang sudah diambil Jepang. Menurut Bhima, di Jepang sudah lebih dari dua ribu toko yang menerima pembayaran melalui Bitcoin. “Bahkan Malaysia pun warung kaki limanya juga sudah menerima Bitcoin,” ujar Bhima.
Berbagai Negara di Eropa, Amerika Latin dan Afrika sudah mulai menyatakan bahwa Bitcoin menjadi salah satu instrument investasi. Atas alasan itu tren Bitcoin di 2018 akan terus membesar. Hal tersebut akan membuat permintaan dan harga akan Bitcoin terus meningkat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) terus membahas Bitcoin yang semakin dilirik untuk dijadikan investasi. "Kami masih berdiskusi, masyarakat harus paham apa risikonya, industri keuangan juga. Begitu memperdagangkan Bitcoin, harus lapor kepada kami. Sejauh mana detailnya, kami sedang berdiskusi dengan BI," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, saat jumpa pers di Kantor Pusat OJK, Jakarta, Kamis, 21 Desember 2017.