TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan evaluasi terhadap tim pengelolaan slot time penerbangan nasional, jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2018. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, mengatakan evaluasi ini dibutuhkan karena berdampak langsung pada keselamatan penerbangan.
“Slot time berperan untuk mengatur lalu lintas dan pergerakan pesawat di bandar udara (bandara) agar terhindar dari tubrukan antar pesawat atau dengan benda lainnya,” kata Agus dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, 17 Desember 2017. Slot time adalah jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat yang ditetapkan oleh pihak bandara.
Tim pengelola slot time penerbangan nasional juga disebut sebagai Airport Slot Time Management (IASM). IASM ini diluncurkan pada pertengahan 2015, menggantikan Indonesia Slot Coordinator (IDSC).
Baca: Kemenhub Gelar Mudik Gratis di Natal dan Tahun Baru, Ini Caranya
IASM dikelola oleh tiga Badan Usaha Milik Negara yaitu Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia), PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II serta di bawah pengawasan langsung Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Kemenhub.
Evaluasi ini, kata Agus, juga penting mengingat hasil audit pemenuhan keselamatan penerbangan Indonesia yang dilakukan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau International Civil Aviation Organization (ICAO) pada 16 November 2017 cukup bagus.
Hasil audit tersebut menyebutkan keselamatan penerbangan di Indonesia cukup tinggi di angka 81,15 persen, atau peringkat 55 dari 191 negara yang tergabung dalam ICAO. “Untuk itu kami perlu evaluasi berkala,” ujarnya.
Evaluasi terhadap tim pengelolaan slot time ini juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerja bisnis maskapai. Jika slot time berjalan lancar, kata Agus, maka kinerja maskapai akan lebih efisien karena tidak menghambur-hamburkan bahan bakar untuk hal yang tidak perlu.
Agus juga mengatakan jika slot time bisa dikelola dengan efektif, maka kepercayaan dari penumpang pun akan otomatis meningkat. Bahkan dalam cakupan yang lebih luas, tingkat kepercayaan negara lain kepada penerbangan Indonesia juga akan terpengaruh. “Jika penerbangan Indonesia diapresiasi, maka mereka tidak akan segan-segan berinvestasi di Indonesia,” ucap Agus.