TEMPO.CO, Jakarta - Daya beli masyarakat, khususnya menengah ke bawah, di sepanjang 2017 terlihat jelas mengalami stagnasi, bahkan melemah. Kebijakan moneter yang telah dimulai sejak tahun ini dan kebijakan pemerintah untuk 2018 akan mampu menopang penguatan daya beli masyarakat, yang akhirnya bakal berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Bahana Sekuritas, ada beberapa faktor pendukung penguatan daya beli masyarakat untuk tahun depan. Dalam anggaran 2018, pemerintah akan meningkatkan jumlah rumah tangga yang menerima subsidi, dari yang ditargetkan sekitar 1,4 juta rumah tangga penerimaan subsidi pada akhir tahun ini menjadi sekitar 10 juta rumah tangga. Pemerintah mengalokasikan kenaikan anggaran bantuan sosial sekitar 33 persen secara tahunan.
''Kenaikan subsidi ini akan meningkatkan daya beli sekitar 8 persen untuk setiap rumah tangga setiap bulan,'' ujar analis Michael Setjoadi dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Ahad, 17 Desember 2017. Menurut dia, momen pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden akan membuat uang yang beredar di masyarakat meningkat besar dan berdampak positif bagi sektor consumer.
Simak: Bantah Daya Beli Melemah, Jokowi: Penerimaan PPN Saja Tumbuh
Michael menilai Presiden Joko Widodo juga telah memberikan subsidi untuk meningkatkan daya beli masyarakat dengan menggunakan tiga kartu yang memiliki peruntukan masing-masing, di antaranya Kartu Keluarga Sejahtera untuk menolong keluarga kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokok, seperti pembelian beras, minyak, gula dan kebutuhan pokok lainnya. Selain itu, Kartu Indonesia Pintar untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak sekolah serta Kartu Indonesia Sehat guna membantu pengobatan masyarakat bawah.
"Bila pada awal tahun ini pemerintah cukup gencar memotong subsidi listrik bagi kelompok bawah dan membatasi ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi, tahun depan, pemerintah berencana menaikkan jumlah keluarga penerimaan subsidi 900 VA (volt ampere) dari 2,4 juta keluarga menjadi 6,5 juta keluarga," kata Michael.
Sedangkan untuk harga BBM subsidi, Bahana hingga kini meyakini pemerintah belum akan menaikkan harga BBM subsidi sepanjang 2018 meski trend kenaikan harga minyak di pasar global meningkat. Berdasarkan data hingga semester satu 2017, pengguna Premium turun menjadi 36 persen dari total penjualan Pertamina dibanding periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 73 persen. Sedangkan pengguna Pertalite naik menjadi 45 persen dari periode yang sama tahun lalu 14 persen.
Pemerintah juga akan melanjutkan pembangunan infrastruktur, yang akhirnya akan berdampak bagi penyediaan lapangan kerja. Kenaikan harga komoditas dunia yang semakin stabil akan memberi dampak lanjutan bagi tingkat konsumsi masyarakat. ''Biasanya ada lagi satu tahun dari kenaikan harga komoditas dunia terhadap tingkat konsumsi masyarakat,'' ucap Michael.
Pada akhir kuartal III 2017, ia mulai melihat ada kenaikan tingkat konsumsi masyarakat yang diperkirakan bakal berlanjut hingga tahun depan. "Tahun depan juga akan ada kenaikan upah minimum regional yang diperkirakan secara rata-rata naik sekitar 8,7 persen," tuturnya.
Berbagai faktor di atas mendorong anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia ini menaikkan prospek saham konsumer ke overweight dari sebelumnya neutral karena tahun depan menjadi momentum perbaikan daya beli bagi kelompok kelas menengah-bawah.