TEMPO.CO, Banyuwangi - Pengantaran obat untuk keluarga miskin di RSUD Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, diharapkan dapat membuat pelayanan kesehatan dilakukan lebih cepat. "Jadi pasien tidak perlu menunggu lama di rumah sakit," ujar CEO Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim di Banyuwangi, Jumat, 15 Desember 2017.
Program layanan pengiriman obat untuk pasien di RSUD Blambangan, Banyuwangi tersebut merupakan hasil kerjasama pemerintah kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan Go-Jek Indonesia. “Banyuwangi adalah pemerintah daerah pertama yang berkolaborasi dengan Go-Jek,” kata Nadiem.
Baca: Bos Go-Jek: Tahun 2018 Akan Jadi Tahunnya Go-Pay
Selain RSUD Blambangan, layanan tersebut juga diperuntukkan bagi pasien RSUD Genteng. Pengiriman obat itu gratis untuk pasien dari keluarga miskin. Menurut Nadiem, selain Pemda pertama, program tersebut juga bantuan sosial pertama yang dikeluarkan Go-Jek untuk rumah sakit dan keluarga miskin.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mengatakan, layanan pengiriman obat lewat Go-Jek itu diinisiasi karena ada 2.200 pasien yang menjalani rawat jalan di rumah. Selain itu, antrean pasien di kedua rumah sakit pemerintah itu semakin banyak setelah berlakunya program Jaminan Kesehatan Nasional. “Padahal untuk obat racik saja selesai satu jam,” kata Anas.
Anas pun berupaya menggandeng Go-Jek setelah beroperasi di Banyuwangi sekitar bulan Juli 2017. Penandatanganan kesepahaman program akhirnya bisa terealisasi November lalu.
Direktur RSUD Blambangan, Taufiq Hidayat, mengatakan, pengiriman obat sementara ini dilakukan oleh 15 pengemudi Go-Jek karena masih terbatasnya jumlah armada di Banyuwangi. Para driver tersebut telah dilatih oleh apoteker rumah sakit mengenai prosedur pengiriman obat yang aman dan tepat sasaran kepada pasien.
Go-Jek menggelontorkan dana Rp 150 juta untuk dua rumah sakit pemerintah terebut. Dana itu digunakan sebagai biaya transportasi pengiriman obat untuk pasien miskin yang memperoleh kartu jaminan kesehatan nasional atau surat keterangan miskin.
Sementara bagi pasien non-miskin, tarif biaya transportasi disesuaikan dengan jarak dari rumah sakit ke alamat tujuan. “Petugas kami sudah memiliki daftar tarif sesuai wilayah,” kata dia.
Taufik membenarkan bahwa antrean obat di apotik RSUD Blambangan pada hari-hari tertentu memang cukup lama karena jumlah pasien bisa mencapai 700 orang. Sebelum berkolaborasi dengan Go-Jek, RSUD Blambangan juga membuat program “Ancang Aron” berupa pengiriman obat oleh 12 apoteker. “Berarti ada dua program pengiriman obat yang bisa dimanfaatkan pasien,” katanya.
Lamanya pelayanan obat di RSUD Blambangan diakui oleh Nurkhoiri, pasien jantung dari Kecamatan Muncar. Nurkhoiri, mengatakan, dia harus menunggu layanan obat antara 2-3 jam.
Padahal dia harus memeriksakan kesehatan ke RSUD Blambangan satu kali sepekan. “Saya berangkat pagi dan baru selesai seluruhnya siang hari,” kata pria 53 tahun ini. Dengan layanan pengiriman obat tersebut, dia berharap tidak perlu menunggu terlalu lama di rumah sakit.