TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS menyatakan surplus perdagangan Indonesia per November 2017 turun hingga 87 persen atau sekitar US$ 870 juta. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan ini sudah sudah berlanjut sejak September 2017 lalu.
“Memang neraca perdagangan masih surplus, namun angkanya terus menurun,” kata Suhariyanto saat menyampaikan rilis terkait perkembangan ekspor-impor Indonesia per November 2017 di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Jumat, 15 Desember 2017.
Baca: BI: Surplus Perdagangan per Maret 2017 Turun US$ 1,23 Miliar
Level tertinggi surplus perdagangan Indonesia dicapai pada September 2017 lalu dengan angka sebesar US$ 1,78 miliar. Kemudian angka tersebut terus menurun pada Oktober 2017 menjadi US$ 1 miliar. Terakhir pada November 2017 ini, surplus neraca perdagangan Indonesia hanya sekitar US$ 0,13 miliar
Angka ini juga merupakan titik terendah neraca perdagangan Indonesia dalam sepanjang tahun 2017 ini setelah defisit yang terjadi pada Juli 2017 lalu. Saat itu, neraca perdagangan mencapai titik paling rendah dengan angka defisit mencapai US$ -0,27 miliar.
Salah satu penyebab dari berlanjutnya penurunan surplus neraca perdagangan ini adalah nilai impor Indonesia per November 2017 yang tumbuh tinggi melebihi ekspor. Ekspor tumbuh hanya sekitar 0,26 persen (month-to-month atau mtm), sedangkan impor tumbuh hingga 6,42 persen (mtm).
Namun demikian, kata Suhariyanto, secara akumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia dari Januari hingga November 2017 ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga November ini, total surplus perdagangan sudah mencapai US$ 12,02 miliar, sudah melampau surplus 2016 yang hanya US$ 9,53 miliar. “Jadi sebenarnya Indonesia sudah lebih baik sejak empat tahun lalu (2013),” ujarnya.
Selain itu, meski Impor tumbuh tinggi pada November 2017 ini, namun BPS mencatat salah satu tren positif. Menurut Suhariyanto, impor barang modal tumbuh jauh lebih tinggi dibanding barang konsumsi. “Ini baik untuk perkembangan industri dalam negeri., karena mayoritas impor, khususnya non-migas, adalah mesin-mesin."
Kondisi ini juga memperkuat data dari Bank Dunia yang disampaikan pada Kamis kemarin, 14 Desember 2017. Ekonom Bank Dunia, Frederico Gil Sander menyebut perekonomian Indonesia menunjukkan tren positif, setidaknya dalam kuartal III (Juli-Agustus 2017). “Investasi pada mesin dan peralatan mayoritas berkaitan dengan aktivitas ekspor, ini hal yang bagus seiring dengan perbaikan harga komoditas,” ucapnya Kamis lalu.