TEMPO.CO, Jakarta - Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan dana pendidikan dan kesehatan anak harus dirancang untuk menunjang kehidupan anak ke depan. Menurut Eko, perencanaan dana itu dapat dilakukan dengan berinvestasi.
Ia mengatakan dalam menginvestasikan dana kesehatan dan pendidikan anak dapat dilakukan dengan investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk investasi jangka panjang, kata dia, seseorang dapat masuk ke saham atau investasi emas. "Memang resikonya tinggi, tetapi karena waktunya panjang ya masih oke," ujar Eko saat dihubungi Tempo, Kamis, 14 Desember 2017.
Sedangkan investasi jangka pendek sendiri, Eko menilai orang tua dapat menginvestasikan dana pendidikan dan kesehatan anak ke deposito. Selain itu, kata dia, investasi juga dapat dilakukan dalam reksadana pendapatan tetap. "Itu juga masih oke," tuturnya.
Baca: Perencana Keuangan: Utamakan Dana Pendidikan dan Kesehatan Anak
Eko berujar, orang tua dapat menyisihkan minimal 10 persen dari penghasilannya untuk dana pendidikan anak perbulan agar diinvestasikan. Selain itu, kata Eko, untuk dana kesehatan anak dapat dimasukkan dalam asuransi. "Karena untuk asuransi juga diambil dari penghasilan, itu sekitar 10 persen juga kita persiapkan," ucapnya.
Di sisi lain, Eko menilai orang tua juga harus memikirkan jarak kelahiran anak. Sebab, kata dia, hal itu agar biaya masuk sekolah bagi anak tidak langsung besar sekaligus. "Idealnya sekitar di bawah 3 tahun atau di atas 3 tahun sekalian jaraknya," tuturnya.
Dengan jarak di atas atau di bawah 3 tahun, kata Eko, akan ada waktu bagi keluarga untuk mempersiapkan dana ketika anak-anak masuk sekolah. "Setahun pun tidak apa-apa, setahun atau dua tahun masih oke, sehingga biayanya tak terlalu besar," ujarnya.