TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen pada Rabu, 13 Desember 2017, waktu setempat, namun tidak mengubah prospek suku bunga bahkan di saat pertumbuhan ekonomi AS jangka pendek diproyeksikan naik.
Langkah tersebut, yang datang sebagai kebijakan terakhir tahun 2017 dan menyusul data ekonomi yang relatif bullish, merupakan kemenangan bagi bank sentral yang telah berjanji untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter secara bertahap.
Setelah menaikkan Fed Fund Rate (FFR) yang ketiga kalinya tahun ini ke kisaran 1,25-1,50 persen, The Fed memproyeksikan tiga kenaikan lebih lanjut masing-masing di tahun 2018 dan 2019 sebelum tingkat jangka panjang sebesar 2,8 persen tercapai. Ini tidak berubah dari perkiraan terakhir pada bulan September.
"Aktivitas ekonomi telah meningkat pada tingkat yang solid. Kenaikan lapangan kerja telah cukup baik," ungkap komite kebijakan The Fed dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters.
Baca: The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan, Dolar Bergerak Melemah
Bursa saham AS menguat setelah rilis pernyataan kebijakan tersebut, sementara imbal hasil obligasi turun ke posisi terendah. Dolar AS jatuh terhadap sejumlah mata uang lainnya.
The Fed memperkirakan produk domestik bruto tumbuh 2,5 persen pada 2018, naik dari perkiraan 2,1 persen pada bulan September. Sementara itu, laju pertumbuhan PDB diperkirakan akan mereda menjadi 2,1 persen pada 2019, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 2,0 persen.
The Fed juga memperkirakan tingkat pengangguran akan turun menjadi 3,9 persen tahun depan dan tetap pada level yang sama di 2019. Namun, inflasi diproyeksikan sebesar 2 persen untuk tahun depan, dengan kelemahan di sisi depan masih cukup memprihatinkan sehingga para pembuat kebijakan tidak melihat alasan untuk meningkatkan target laju kenaikan suku bunga.