TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu, 13 Desember 2017. Rupiah ditutup melemah 0,12 persen atau 16 poin di Rp 13.590 per dolar Amerika Serikat.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak cenderung melemah di kisaran Rp 13.577-13.605 per dolar Amerika.
Adapun indeks dolar Amerika, yang mengukur kekuatan kurs dolar Amerika terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau bergerak di zona merah dengan pelemahan 0,06 persen atau 0,060 poin ke 94,041 pada pukul 16.50.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan untuk ketiga kalinya tahun ini dalam pertemuan kebijakan yang berakhir pada Rabu, 13 Desember 2017, waktu setempat (Kamis dinihari WIB). Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin.
Baca: Dolar dan Sejumlah Mata Uang Asia Melemah, Rupiah Terdepresiasi
Investor selanjutnya akan mencermati proyeksi bank sentral tersebut mengenai kenaikan suku bunga pada masa depan dan pandangannya terhadap kesehatan ekonomi.
Di sisi lain, dolar tergelincir dari penguatannya bersama dengan imbal hasil obligasi setelah kandidat Partai Republik, Roy Moore, gagal memenangi kursi di Senat melawan kandidat Partai Demokrat, Doug Jones.
Kemenangan kandidat Partai Demokrat tak ayal menjadi pukulan bagi Presiden Amerika Donald Trump, yang menyebabkan Partai Republik kehilangan mayoritas di Senat sekaligus mengancam masa depan agenda ekonomi Trump.
Selain rupiah, mata uang lain di Asia terpantau bergerak variatif dengan won Korea Selatan memimpin penguatan 0,14 persen. Penguatan won diikuti yen Jepang yang terapresiasi 0,13 persen. Adapun pelemahan terdalam dibukukan ringgit Malaysia yang terdepresiasi 0,21 persen.