TEMPO.CO, Jakarta - Memulai keluarga berarti juga harus mempersiapkan kondisi finansial yang lebih kuat. Perencana keuangan menyebutkan, salah satu yang harus diantisipasi adalah pengeluaran yang bakal muncul jika memiliki anak sebagai penghuni keluarga baru.
Institutional Sales Manager PT Schroders Investment Management Indonesia Ricky Samsico mengatakan ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan suami-istri saat mempersiapkan dana tabungan untuk menunjang kehidupan anak di masa depan. Dua hal utama yang menjadi sorotan adalah dana pendidikan dan kesehatan si kecil.
Baca: Tip Perencana Keuangan: Menikah atau Beli Rumah Dulu
Menurut Ricky, dana pendidikan merupakan hal paling utama yang harus disiapkan orang tua. "Kalau kesehatan dan orang tuanya karyawan, berarti dia dan keluarganya akan di-cover oleh perusahaan dan ada BPJS Kesehatan juga. Kalau sekolah kan enggak ada yang cover, kecuali orang tua sendiri," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 13 Desember 2017.
Karena itu, kata dia, orang tua harus melakukan investasi jangka panjang untuk menunjang biaya pendidikan anaknya hingga ke jenjang kuliah. Pasangan suami-istri harus mencari produk investasi jangka panjang.
Namun, Ricky menganggap, investasi lewat tabungan dan deposito tidak cocok untuk hal tersebut. "Yang cocok adalah reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, atau reksadana campuran," tuturnya.
Terkait dengan proporsinya, orang tua harus melihat terlebih dahulu tempat sekolah dan kuliahnya. Ricky menegaskan, lembaga pendidikan negeri dan swasta harus diperlakukan secara berbeda dalam menentukan proporsi investasinya.
"Kalau pemerintah kan murah. Asumsikan sekolah di swasta, misalnya kita tahu masuk Universitas Trisakti Rp 50 juta, 17 tahun yang akan datang, pasti akan naik dengan asumsi kenaikan laju inflasi. Nah, kita proyeksikan itu ke depan," ujarnya.
Ricky mencontohkan, jika biaya kuliah di perguruan tinggi swasta membutuhkan biaya Rp 50 juta, dengan proyeksi inflasi 5 persen setiap tahunnya, selama 17 tahun ke depan, biaya kuliah bisa meningkat sekitar Rp 200 hingga 300 juta. Orang tua setidaknya harus menyisihkan alokasi investasi 10-12 persen setiap bulan dari gaji yang didapat untuk kepentingan pendidikan anak-anak. Ricky menyarankan orang tua fokus pada pembiayaan pendidikan formal ketimbang nonformal seperti les.
Orang tua, kata perencana keuangan ini, juga harus disiplin melakukan investasi. Caranya dengan auto debit, yakni memerintahkan pihak bank memotong dana di akun rekening penerima gaji untuk dimasukkan ke instrumen reksadana.