TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai Yerusalem sebagai ibu kota Israel bisa mempengaruhi pasar modal di Indonesia. Menurut Tito, pernyataan tersebut bisa membuat ketidakstabilan dan ketidakpastian politik internasional.
"Terus terang, itu menakutkan, bisa mempengaruhi financial market," katanya di gedung BEI, Jakarta Pusat, Senin, 11 Desember 2017.
Menurut Tito, pernyataan Trump itu dapat mempengaruhi nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika. Nantinya, kata dia, dolar Amerika yang menguat terhadap rupiah bisa mengganggu stabilitas pasar modal di Indonesia.
Simak: Dirut BEI Buktikan Politik Tak Pengaruhi Laju IHSG
Sebelumnya, Trump mengeluarkan kebijakan yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kebijakan itu sekaligus membalik kebijakan luar negeri Amerika selama tujuh dekade terakhir. Pemerintahan Trump juga telah memulai memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Selain itu, Tito menilai kebijakan ekonomi Trump kerap sangat proteksionis bagi domestik Amerika. Kebijakan itu di antaranya reformasi perpajakan hingga kebijakan-kebijakan bank sentral Amerika, Federal Reserve (The Fed), yang sering tidak mempertimbangkan efek global.
"Saya lihat kebijakan ekonomi Amerika ini sangat inward looking. Dampaknya bisa memperkuat dolar dan itu yang mengerikan," ujar Tito.
Efeknya, Tito melanjutkan, kebijakan-kebijakan itu bisa membuat pasar finansial, termasuk pasar saham di Indonesia, bergejolak. Karena itu, menurut Tito, para pelaku pasar perlu mewaspadai hal ini. "Kita harus waspada," ucap pejabat BEI itu.