TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terdepresiasi pada akhir perdagangan hari ini, Senin, 11 Desember 2017, dengan melemah 0,01 persen atau 2 poin di Rp 13.552 per dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di kisaran Rp 13.532–Rp 13.553 per dolar AS.
Dilansir Bloomberg, ukuran volatilitas tersirat rupiah naik ke level tertinggi bulan ini menjelang pertemuan kebijakan bank sentral di Amerika Serikat dan Indonesia. Volatilitas tersirat dalam satu bulan untuk dolar AS terhadap rupiah naik menjadi 4,58, tertinggi sejak 29 November.
Investor memprediksikan kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve atau The Fed pada pertemuan kebijakan (FOMC) yang dijadwalkan berakhir pada Rabu, 13 Desember 2017, serta menantikan petunjuk laju pengetatan tahun depan.
Baca: Dua Hari Melemah, Rupiah Akhirnya Rebound 0,03 Persen
Di sisi lain, menurut Brown Brothers Harriman & Co., Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di 4,25 persen pada pertemuan kebijakan 13-14 Desember.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau bergerak di zona merah dengan pelemahan 0,16 persen atau 0,147 poin ke 93,754 pada pukul 16.40 WIB.
Penguatan dolar AS sebelumnya mendapat dukungan dari data Non-Farm Payroll (NFP) yang dirilis pada Jumat, 8 Desember 2017, lalu. Namun, pergerakannya kemudian melemah lantaran data upah yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Berbanding terbalik dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia terapresiasi dengan peso Filipina memimpin penguatan sebesar 0,40 persen. Penguatan peso diikuti ringgit Malaysia dan dolar Singapura yang masing-masing menguat 0,27 persen dan 0,17 persen.