TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah masih menunggu hasil kajian ihwal proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya yang sesuai anggaran. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri menyebutkan hasil kajian yang ada saat ini menyebutkan biaya yang dibutuhkan masih melampaui plafon yang ditetapkan.
“Iya (masih di atas plafon). Yang BPPT juga masih agak tinggi,” kata Zulfikri di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat pada Jumat, 8 Desember 2017.
Baca: Kereta Cepat Tempuh Jakarta-Surabaya dalam 5,5 Jam
Yang dimaksud Zulfikri yakni studi kelayakan (feasibility study) oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sedangkan terkait anggaran, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan pemerintah menginginkan bujet yang digunakan tak lebih dari Rp 60 triliun.
Menurut Zulfikri, JICA dan BPPT saat ini masih mengkaji skema teknologi yang akan digunakan dalam proyek kereta semi cepat itu. Zulfikri mengatakan mereka belum fokus membahas ihwal biaya. “Belum (tahu berapa total biayanya), sekarang masih pre-fs (pra studi kelayakan)," ujarnya. "Jadi pendekatannya lebih ke pendekatan demand, kapasitas, teknis. Biaya masih nanti."
Zulfikri mengatakan pemerintah masih menghitung untung rugi dari tiap opsi yang ada. Beberapa hal yang dibahas yakni ihwal perlintasan sebidang (loopline), pembangunan lintasan baru atau menggunakan jalur lama (existing) dengan sejumlah perbaikan.
Pembangunan jalur baru pun memuat dua opsi, yakni narrow gauge atau standard gauge. "Di antara standard dan narrow itu kan sesuatu yang sama cuman kapasitas bisa lebih cepat. Hitung-hitungan total cost kami bicara nanti," kata Zulfikri.
Zulfikri mengatakan studi kelayakan proyek kereta semi cepat itu ditargetkan selesai pada Maret 2018, mundur dari target sebelumnya agar studi kelayakan selesai pada akhir tahun ini. Pembangunan kereta semi cepat ini diproyeksikan dapat memangkas waktu tempuh Jakarta Surabaya menjadi 5 hingga 5,5 jam.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya akan menggunakan rel eksisting. Ini dilakukan agar pembangunan proyek bisa dilakukan lebih cepat dan menyelesaikan persoalan perlintasan sebidang.
Penggunaan jalur eksisting dilakukan agar pembangunan bisa cepat karena stasiunnya akan tetap. Selain itu, penggunaan rel tersebut diharapkan bisa menyelesaikan 500-800 perlintasan sebidang di jalur kereta antara Jakarta dan Surabaya. "Artinya memberikan banyak manfaat kepada banyak kota, tidak macet. Selain itu, membuat daerah-daerah lebih safe," ujar Budi awal September lalu.
AMIRULLAH