TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Pura II (AP II) menargetkan detail engineering design (DED) pembangunan Terminal 4 Bandar Udara Soekarno-Hatta selesai pada 2019.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan tahun depan perseroan mulai fokus menyusun rancangan Terminal 4.
"Tahun 2018 fokus mencari bentuk dan akan dilaporkan ke regulator (Kementerian Perhubungan) untuk approval dengan rencana pada 2019 DED sudah selesai," ucap Awaluddin.
Salah satu tahap yang dilakukan adalah membebaskan lahan di area kargo Soewarna. Sebab, AP II juga sudah menyiapkan kawasan khusus baru untuk kargo, yakni cargo village, yang dikelola anak usaha AP II, Angkasa Pura Kargo.
Baca: Bandara Jenderal Soedirman Ditargetkan Beroperasi Tahun Depan
Pengembangan lain yang sedang dilakukan AP II adalah digitalisasi bandara. Salah satunya mengintegrasikan semua layanan check-in otomatis dalam mesin self check-in.
Saat ini ada 38 unit mesin self check-in yang beroperasi di Terminal 3 untuk melayani penumpang Garuda Indonesia. Ada pula 12 unit self check-in di Terminal 1 C untuk penumpang Garuda Indonesia dan Batik Air. Nantinya menyusul maskapai lain terintegrasi dalam sistem tersebut.
AP II menghabiskan investasi untuk soft infrastructure senilai Rp 200 miliar tahun ini. Ke depannya, AP II menghabiskan investasi untuk soft infrastructure tersebut sekitar Rp 300 miliar-Rp 500 miliar.
Baca: Bandara Silangit Disiapkan Jadi Pionir Smart Airport
Selain itu, AP II masih akan fokus membangun runway dan taxiway. Rencananya, pembangunan runway ketiga akan dimulai tahun depan.
Pembangunan runway diprediksi bisa dimulai pada triwulan kedua 2018 dengan proses pengerjaan selama 18 bulan. Saat ini, AP II masih terhambat pembebasan lahan.
"Totalnya ada 3.100 bidang lahan. Ini sedang proses akuisisi dan baru selesai total 32-34 persen. Masih ada dua desa yang cukup besar sedang dalam proses," tutur Awaluddin.
Total kebutuhan PT Angkasa Pura II sampai 2022 diprediksi mencapai Rp 95 triliun dengan porsi 60-70 persen untuk strategic investment, yang mencakup pembangunan runway, taxiway, dan apron. Nominal strategic investment ini, menurut Awaluddin, sekitar Rp 69 triliun.