TEMPO.CO, Jakarta - Managing Partner Transaction Advisory Services Ernst and Young David Rimbo mengatakan e-commerce bukan merupakan faktor yang akan mematikan bisnis retail di Indonesia. Pendapat ini diungkapkan David seiring dengan maraknya penutupan sejumlah gerai retail di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan.
"Kalau berkaca pada pengalaman yang terjadi di Amerika Serikat dan Cina, memang retail pada tutup, tetapi itu enggak berarti kalau online akan mematikan offline," kata David di acara International Management Accounting Conference (IMAC) 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.
Baca: Redupnya Bisnis Retail Kita, Tergerus Penjualan Online?
Sejumlah perusahaan retail di Indonesia menutup gerai-gerainya. Oktober lalu, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) menutup tiga gerai Lotus Department Store di Jakarta dan Bekasi. Pekan lalu, giliran GAP yang menutup gerai retailnya di pusat perbelanjaan Grand Indonesia.
Kendati begitu, sejumlah pihak menampik bahwa tutupnya bisnis retail merupakan akibat tergerus bisnis e-commerce. Sebab, penerimaan pajak dari sektor ini dilaporkan masih berjalan bagus.
Menurut David, yang terjadi adalah transformasi gaya hidup dari tren transaksi secara tunai ke online. Mengutip bos Alibaba Jack Ma, kata David, e-commerce kini bukan lagi sekedar platform elektronik, tetapi telah menjadi gaya hidup masyarakat.
Hal senada juga disampaikan oleh General Manager KeSupermarket.com Ranch Market Group Martin Setiadarma. Martin memprediksi, di sektor retail, bisnis online tidak akan mematikan bisnis offline. Bahkan, sejumlah perusahaan online berniat membuka gerai.
“Alibaba, Berrybenka kabarnya mau membuka offline store. Offline dan online tidak dipungkiri berkompetisi, tapi mematikan. We don’t know,” ujar Martin.
Martin mengatakan, pemerintah dan masyarakat Indonesia memang segera perlu merespons tren online ini agar tidak ketinggalan. Dia mencontohkan, perusahaannya juga telah memulai platform bagi konsumen untuk berbelanja secara online.
Sejumlah retail yang menutup toko, menurut Martin, juga biasanya memiliki pertimbangan tersendiri. “Mereka akan lebih healthy secara topline dan bottom line. Online mengalahkan offline menurut saya belum, sebagai omnichannel iya,” ujarnya.