TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dan pasar modal PT Perusahaan Pengelola Aset Kapital, Ferry Latuhihin menilai pertumbuhan ekonomi 2018 Indonesia tidak akan mencapai dari apa yang ditargetkan pemerintah. Menurut dia pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun telah mengalami penurunan.
"Saya kira tidak jauh dari 4,8 persen, di bawah 5 persen," ujar Ferry di Sampoerna Strategic Square dalam acara Economic & Market Outlook 2018, Jakarta, Selasa, 5 Desember 2017.
Simak: Apindo: Dinamika Tahun Politik Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, pemerintah dalam RAPBN 2018, menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2-5,6 persen dengan laju inflasi sebesar 2,5-4,5 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dipatok sekitar Rp 13.300-13.500. Sementara suku bunga SPN tiga bulan sebesar 4,8-5,6 persen.
Ferry mengatakan pertumbuhan ekonomi yang di bawah 5 persen tersebut disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi yang tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Dia juga mengatakan tahun ke depan inflasi akan tetap terjaga pada kisaran 3,5 persen. "Sisi lain, Yield Obligasi juga tidak akan banyak berubah," katanya.
Di sisi lain, Ferry menilai sektor properti akan cukup menjanjikan di semester 2 tahun 2018. Hal itu, kata dia, disebabkan pertumbuhan kredit bank yang masih single digit secara sektoral. "Lainnya, sektor otomotif masih tetap flat, begitu juga sektor manufaktur," ucapnya.
Ferry berujar, perkembangan sektor pariwisata diperkirakan akan menjadi salah motor penggerak bisnis dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018. Menurut dia, sektor pariwisata ini menarik perhatian bagi dunia luar.
Ferry juga menambahkan kemajuan sektor pariwisata juga menjadi salah satu hal yang perlu dibidik sesuai dengan misi pemerintah. Menurut dia, pariwisata Indonesia menjadi sesuatu yang memiliki pontensi yang tinggi untuk dijual. "Kalau kita tidak bisa jual beras, tidak bisa jual sepatu, yang kita jual ya pariwisata," ucapnya.
SYAFIUL HADI