TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan makanan asal Swiss, Nestle, pada Ahad, 3 Desember 2017, mengumumkan akan menutup pabriknya di Kinshasa, Republik Demokratik (RD) Kongo. Padahal, Kongo merupakan pasar yang potensial mengingat negara tersebut memiliki penduduk 80 juta jiwa yang didera kemiskinan dan ketidakstabilan politik.
"Kami akan menutup pabrik dan kantor kami sebelum akhir Januari 2018 dan terus mengembangkan model distribusi ekonomi kami melalui pihak ketiga," ujar juru bicara Nestle kepada AFP.
Keputusan itu mempengaruhi 120 orang, dan Nestle akan menawarkan "sejumlah langkah kompensasi yang lebih menguntungkan daripada tuntutan undang-undang ketenagakerjaan setempat kepada karyawan yang dipecat", katanya.
Baca: Nestle Gagal Daftarkan Merek Dagang Kit Kat
Nestle telah beroperasi di negara itu sejak 2009 dan membuka pabrik yang memproduksi bumbu Maggi, tetapi selalu mencatatkan kerugian sejak saat itu.
Investasi senilai 15 juta franc Swiss atau sekitar Rp 206,5 miliar dari Nestle merupakan dorongan bagi Kongo, yang seperti negara-negara Afrika Tengah lainnya, tengah menumbuhkan basis industri mereka dan mengusahakan sumber pendapatan lain selain menjadi eksportir mineral.
ANTARA