Jakarta – Majalah Forbes, edisi akhir November 2017, merilis 30 Under 30 Asia dan sepuluh pemuda Indonesia berhasil masuk dalam jajaran bergengsi tersebut. Mereka yang masuk daftar dinilai memiliki potensi menjadi pemimpin atau pengusaha di masa depan.
Pertama adalalah Poernomo bersaudara. Ronald, Arlnold dan Reynold merupakan tokoh di balik restoran terkenal di Sydney, Australia yakni KOI Dessert Bar. Mereka menyediakan laboratorium dapur guna bereksperimen dengan berbagai macam rasa pastry serta menyediakan kelas memasak.
Baca juga: Ini 50 Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes
Sang kakak, Ronald memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam mengatur restoran dan kafe di Sydney. Sedangkan Arnold pernah menjadi juri di acara tv lomba memasak MasterChef Indonesia. Sedangkan Reynold pernah mengikuti ajang lomba memasak yakni MasterChef Australia dan dinobatkan sebagai Dessert King.
Kemudian ada Cynthia Delaney Suwito. Seniman asal Indonesia yang kini menetap di Singapura ini menghasilkan gambar yang terinspirasi dari hal-hal kecil dalam keseharian masyarakat. Lulusan Lassalle College of the Arts ini dikenal melalui proyek mi instannya, yaitu rajutan mi rebus menjadi syal dan banyak karya seni lainnya. Ia juga merupakan finalis di Harpers Bazaar Art Prize 2015.
Lalu, Teguh Ariwibowo. Ia adalah co-founder dari layanan gadai digital Indonesia yang bernama Pinjam Indonesia. Startup-nya menawarkan nilai terotomasi dari kebutuhan para penggunanya - bisa mulai dari kendaraan sampai perhiasan - berdasarkan gambar yang diunggah secara online. Biayanya diberikan ketika kurir dari perusahaan mengambil barang yang digadai.
Di peringkat empat ada Marshall Pribadi. Marshall adalah penemu sekaligus CEO dari Privy. Privy sendiri adalah sebuah prosesor jaringan identitas universal yang diolah secara digital. Startup ini menjadi juara di Finspire, sebuah kompetisi startup oleh fintech yang diselenggarakan oleh Mandiri, bank terbesar di Indonesia. Privy memiliki lebih dari 130 ribu pengguna terverifikasi dan menyatakan telah tumbuh sebanyak 2.100 pengguna perhari. Termasuk di dalamnya adalah Uber, Bank Mandiri dan BFI Finance sebagai para pelanggannya.
Menyusul Gibran Huzaifah Amsi El Farizy. Ia adalah seorang pebisnis agrikultur ikan berbasis teknologi, penemu eFishery. Gibran Huzaifah sedang merevolusi pasar akuakultur senilai US$ 5,4 miliar yang belum tersentuh. eFishery menggunakan teknologi perawatan-pintar yang berbasis cloud untuk ikan sebanyak 20 ribu ekor dan tambak udang di seluruh tanah air.
Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy, pencipta eFishery
Cara ini untuk memastikan ikan tersebut seluruhnya sehat. Ia berhasil mengurangi pengeluaran sampai 21 persen. Startup ini tidak hanya menjual produk tapi juga menghimpun berbagai data terkait akuakultur yang bebas digunakan oleh para penambak dan nelayan.
Winston dan William Utomo adalah pendiri IDN Media, sebuah perusahaan berita dan hiburan Indonesia. IDN Media saat ini berhasil menarik sebanyak 13 juta pengunjung setiap bulannya dengan 60 juta pageviews.
Startup ini mengoperasikan IDN Times sebagai portal berita online yang menyerupai Buzzfeed, Popbela yang merupakan media pop-culture dan lifestyle untuk cewek Indonesia, IDNtv sebagai video production house dan ahensi digital IDN Creative. Perusahaan ini mengungkapkan bahwa pendapatannya 70 persen berasal dari iklan para klien, termasuk Unilever, Samsung, P&G dan Chevrolet.
Kemudian ada Christina Suriadjaja. Awalnya ia adalah seorang atlet profesional yang banting setir menjadi pebisnis. Ia memulai langkahnya dengan mendirikan Travelio, sebuah layanan bergaya Airbnb untuk Indonesia yang menawarkan penyewaan mulai dari harian sampai bulanan, di awal tahun 2015. Hingga saat ini, perusahaannya telah bekerja sama dengan lebih dari 2.000 penyewaan di 25 kota di Indonesia. Misi selanjutnya adalah untuk memasarkan bisnisnya ke Cina.
Lalu, Try Wibowo yang mendirikan Insan Medika, sebuah platform layanan kesehatan Indonesia yang menyediakan perawatan dalam rumah bagi orang lanjut usia. Ia terinspirasi dari ibunya, orang tua tunggal, yang mendirikan pelatihan perawat ketika ia masih kecil.
Startup yang berdiri atas biaya sendiri ini adalah aplikasi berbasis lokasi yang memungkinkan kita untuk merekrut perawat orang lanjut usia yang paling dekat dengan penggunanya. Aplikasi ini telah bekerja sama dengan lebih dari 100 SMK Kesehatan dan merekrut lebih dari 1.200 perawat.
Startup berusia tiga tahun milik Wibowo ini mendapatkan predikat "The Most Outstanding Home Health Service in the World in 2016'"di Global Over 50s Housing & Healthcare Awards di UK.
Menyusul Belva dan Usman. Mereka berdua adalah pendiri Ruangguru.com. Sebuah marketplace terbesar untuk menyediakan tutor privat di Indonesia. Mereka menghubungkan para siswa prospektif dengan 25 ribu tutor privat. Ruangguru diluncurkan pada 2014 sebagai platform pendidikan berbasis teknologi dan mendapatkan pendanaan Series A dari Ventura Capital.
Startup ini memiliki 150 ribu pengguna dan komunitas sekitar 300 ribu. Belva merupakan lulusan MBA Stanford dan Master Administrasi Publik di Harvard, sedangkan Usman bergelar Master dari Jurusan Pengembangan Pendidikan Internasional di Columbia University.
Terakhir, Tyovan Widagdo. Tyo mendirikan Bahaso, sebuah platform online untuk mengajarkan bahasa asing pada orang Indonesia. Pada 2015, ia menghabiskan sekitar US$ 500 ribu untuk memulai aplikasi mobile-nya, yang ternyata menarik sebanyak 100 ribu pengguna setelah diluncurkan setahun kemudian.
Tyo dikenal juga dengan bisnis pertamanya, yaitu Vemobo, aplikasi mobile digunakan oleh Presiden Indonesia untuk melacak sistem infrastruktur. Widagdo merupakan pembicara ahli dalam hal pendidikan, kewirausahaan dan teknologi.
Sepuluh anak muda Indonesia ini berada di jajaran elit 30 Under 30 Asia versi majalah Forbes.
FORBES.COM