TEMPO.CO, Jakarta -Bank Indonesia (BI) menyatakan tahun ini merupakan tahun pemulihan ekonomi. Perekonomian ke depan diproyeksikan akan tumbuh semakin baik.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowadojo mengatakan pemulihan ekonomi tercermin dari pertumbuhan dunia yang tinggi dan merata. "Ekonomi tumbuh mencapai 3,6 persen dengan motor pertumbuhan tak hanya dari negara maju, tapi juga negara berkembang," kata dia di JCC, Jakarta, Selasa, 28 November 2017.
Di sektor keuangan, risiko pun mereda karena penguatan ekonomi global. Penerapan beragam kebijakan moneter secara bertahap di negara maju juga menjadi pendukungnya.
Perbaikan ekonomi global mendukung perbaikan ekonomi dalam negeri. Setelah tertahan di semester I, ekonomi domestik menguat di semester II.
Agus mengatakan kondisi ini diperkuat untuk memperbaiki kinerja ekspor dan peningkatan investasi. Strategi pemerintah untuk mempercepat penyaluran belanja juga mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi.
Tahun ini, BI memprediksi ekonomi bisa tumbuh 5,1 persen. Inflasi diperkirakan sebesar 3-3,5 persen. Sementara defisit transaksi berjalan diproyeksikan berada di bawah 2 persen dari PDB. "Defisit transaksi berjalannya masih aman meski belum surplus seperti di negara lain," ujar Agus.
Namun dia mengatakan fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih seperti yang diharapkan. Kredit perbankan pada tahun ini diperkirakan tumbuh sekitar 8 persen. Angka itu lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan kredit tahun lalu yaitu 7,86 persen.
Sementara tahun depan, BI memproyeksi ekonomi akan tumbuh di kisaran 5,1-5,5 persen. Permintaan domestik akan menjadi pemicu utama pertumbuhan. Inflasi diperkirakan berada dalam kisaran targetnya yaitu sebesar 3,5 +- 1 persen.
Agus mengatakan stimulus pemerintah, momen pilkada, dan Asian Games pada 2018 akan berpengaruh pada permintaan domestik, khususnya konsumsi. Sementara proyek-proyek infrastruktur masih akan mewarnai pertumbuhan investasi di tahun depan.
Dari sisi ekspor, pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan tahun ini. Pasalnya ekspor masih bertumpu kepada komoditas.
Dengan prospek tersebut, pertumbuhan dana pihak ketiga dan kredit perbankan pada 2018 diperkirakan tumbuh masing-masing 9-11 persen dan 10-12 persen. Sementara defisit transaksi berjalan diperkirakan sedikit meningkat namun tetap berada pada level sehat di bawah 3 persen dari PDB. Peningkatan ini dipicu meningkatnya investasi dan semakin intensifnya proyek-proyek infrastruktur.
Dalam jangka menengah, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi akan meningkat bertahap. Harga komoditas pun tumbuh positif sejalan dengan permintaan yang mulai meningkat. Di sisi domestik, kebijakan pemerintah terkait reformasi struktural, proyek infrastruktur, paket kebijakan, hingga reformulasi kebijakan akan berbuah positif.
Ekonomi pada periode 2019-2022 diperkirakan meningkat hingga berada di kisaran 5,8-6,2 persen pada 2022. Inflasi diperkirakan terkendai di kisaran 3+-1 persen. Sementara transaksi defisit berjalan akan menurun dan berada di level sehat di bawah 3 persen.