TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyebutkan perekonomian Indonesia tahun ini mulai pulih dan diproyeksi akan tumbuh semakin tinggi di tahun-tahun mendatang. "Namun perekonomian masih akan dihadapkan pada tantangan, baik global maupun domestik," ujar Agus Marto di JCC, Jakarta, Selasa malam, 29 November 2017.
Dari sisi global, Agus Marto mengatakan Indonesia perlu mewaspadai tren pengetatan kebijakan moneter di beberapa negara maju. "Terutama kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan pengurangan aset neraca The Fed," tuturnya.
Baca: Gubernur BI Sambut Baik Asumsi Ekonomi 2018
Tantangan juga muncul dari sisi geopolitik berupa ketegangan di Semenanjung Korea. Kondisi tersebut akan mempengaruhi dinamika pasar keuangan global dan arah pergerakan likuiditas dunia yang dapat menekan kenaikan tingkat suku bunga di negara berkembang.
Agus Marto mengatakan Indonesia juga perlu waspada dengan gejala proteksionisme. Kebijakan tersebut dapat mengganggu prospek kesinambungan pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan internasional.
Pertumbuhan ekonomi dunia juga dihadapkan pada meningkatnya akumulasi kerentanan sistem keuangan global. Rendahnya volatilitas pasar keuangan internasional di tengah likuiditas global yang berlimpah telah mendorong perbaikan persepsi investor terhadap risiko investasi.
Hal ini diikuti oleh meningkatnya harga aset pasar keuangan secara signifikan. Kerentanan juga bersumber dari kenaikan leverage perusahaan non keuangan yang diikuti kenaikan debt service ratio.
Dalam jangka menengah panjang, kinerja positif ekonomi global saat ini belum menjamin keberlanjutan perbaikan pertumbuhan ekonomi. "Kami menilai, momentum pemulihan ekonomi global saat ini masih rentan dan berisiko temporer," kata Agus Marto. Pasalnya, ekonomi lebih bertumpu pada stimulus kebijakan moneter dan fiskal yang ditempuh di berbagai negara, bukan karena perbaikan produktivitas.
Sementara dari sisi domestik, ekonomi dinilai belum cukup responsif terhadap membaiknya ekonomi global tahun ini. Agus Marto mengatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik sampai dengan kuartal III belum cukup kuat di tengah meratanya pemulihan ekonomi global dan tingginya harga komoditas serta volume perdagangan dunia.
Menurut Agus Marto, struktur pertumbuhan ekonomi masih belum cukup solid di beberapa hal. Salah satunya, konsumsi rumah tangga sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi domestik masih terbatas.
Selain itu, struktur pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung masih kurang optimal dalam mendukung penyerapan tenaga kerja. Keterbatasan penyerapan tenaga kerja turut berpengaruh kepada tertahannya perbaikan konsumsi rumah tangga.
Tantangan lainnya adalah terbatasnya pembiayaan domestik untuk membiayai proyek jangka menengah dan panjang. Dampaknya terjadi ketergantungan pembiayaan dari luar negeri. Porsi dana luar negeri yang besar berpotensi mengganggu stabilitas makroekonomi saat terjadi gejolak global.
Agus Marto mengatakan perkembangan teknologi digital juga menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Tren tersebut di satu sisi menawarkan kemudahan, kecepatan, hingga mendorong model bisnis baru yang lebih efisien dan inovatif. Namun risiko yang ditimbulkannya juga kompleks.
Di sektor keuangan, teknologi digital menawarkan perluasan akses, kecepatan transaksi dan biaya yang murah. Namun, inovasi model bisnis dan teknologi digital juga mengubah fungsi konvensional, khususnya perbankan.
Risiko di sektor keuangan juga akan semakin kompleks seperti risikopencucian uang dan kemungkinan pendanaanterorisme, dan cyberthreat. Selain itu ada risiko pada aspek perlindungan konsumen serta risikosistemik yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.