TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pihaknya akan terus mendorong industri bahan baku logam dasar. Dia mengatakan pertumbuhan industri logam tahun ini telah mencapai 10,6 persen. "Pertumbuhan tersebut dipacu oleh pembangunan smelter dan pengembangan industri hilir logam," kata dia di Jakarta, Senin, 27 November 2017.
Simak: Menperin Airlangga Hartarto: Indonesia Sudah Jadi Negara Industri
Meski sudah mencapai hasil yang baik, dia mengatakan pemerintah akan terus mendorong peningkatan kapasitas produksi logam. Terutama dengan meningkatkan kemampuan produksi smelter yang ada.
Untuk produksi aluminium, Airlangga mengatakan smelter milik PT Asahan Alumunium akan ditingkatkan kapasitas produksinya dari 270 ribu ton per tahun menjadi 500 ribu ton per tahun. "Saat ini smelter milik Inalum baru mampu memproduksi aluminium sebanyak 270 ribu ton," kata dia.
Selain itu, dia mengatakan kementeriannya akan mengembangkan smelter di Kalimantan Utara. Airlangga menargetkan smelter di Kalimantan Utara mampu memproduksi hingga satu juta ton aluminium per tahun. "Masih dalam studi," kata dia.
Selain aluminium, Airlangga mengatakan pihaknya akan mengembangkan produksi baja. PT Krakatau Steel di Cilegon, kata dia, sudah menyiapkan klaster produksi dengan kapasitas 10 juta ton per tahun yang ditargetkan siap beroperasi pada 2025.
Dia mengatakan Indonesia juga akan mempunyai mesin kedua pembuatan baja blast furnace di Morowali, Sulawesi Tengah, dengan kapasitas hingga 3 juta ton per tahun yang ditargetkan rampung pada 2020.
"Selain itu, untuk industri bahan baku berbahan timah, kapasitasnya akan kami naikkan dari 2 juta ton jadi 3 juta ton tahun depan," kata dia.
Airlangga berharap holding badan usaha milik negara sektor tambang yang tengah dilakukan pemerintah mampu mendorong kemampuan finansial perseroan. Sehingga perusahaan mampu meningkatkan produksi di smelter Kalimantan Utara.
Airlangga menyatakan belum ada satu pun negara di Asia Tenggara yang mempunyai kapasitas produksi logam dasar sebesar Indonesia, jika target tersebut tercapai. "Thailand atau Vietnam fokusnya masih hilir," kata dia.
Dia berharap pengembangan industri bahan baku logam akan mampu mengurangi ketergantungan impor dan memberi efek domino pada sektor industri lain, seperti industri permesinan. Bila industri permesinan meningkat, kata dia, nantinya diharapkan juga akan mendorong industri makanan dan minuman di Indonesia.
Airlangga mengatakan pengembangan industri memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Ini terlihat dari peran industri dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara.
Sumbangan tenaga kerja sektor industri, kata dia, mencapai 17 juta orang atau 14 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi industri terhadap, produk domestik bruto, kata dia, juga mencapai Rp 224,9 triliun. "Itu di luar cukai yang Rp 140 triliun," katanya.
AJI NUGROHO