TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya merasa terpukul dengan tidak beroperasinya Bandara Internasional Lombok. Bandara yang berada di Kota Praya itu ditutup sejak Minggu sore, 26 November 2017 pukul 17.55 WITA hingga Senin pagi ini, 27 November, pukul 06.00 WITA lantaran adanya aktivitas vulkanik Gunung Agung Bali.
“Ini situasi yang sangat sulit buat industri pariwisata Bali, Lombok dan Indonesia,” kata Arief dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 27 November 2017. Penutupan tersebut sudah disebarkan sebagai NOTAM no. B8868/17 kepada para penyelenggara penerbangan nasional dan internasional.
Seiring dengan adanya informasi itu, Arief akhirnya memutuskan untuk buru-buru terbang ke Bali, hari ini. "Pagi ini, 27 November 2017, saya terbang ke Bali! Saya akan bertemu dengan stakeholder pariwisata di sana.”
Menurut Arief, hingga November 2017, pemerintah masih gencar mempromosikan Bali dan Lombok ke pasar internasional, salah satunya pada gelaran World Travel Market di London, Inggris. Gelaran itu adalah salah kegiatan pameran pariwisata terbesar di samping The Internationale Tourismus-Borse (ITB) Berlin.
Baca: Erupsi Gunung Agung, 22 Penerbangan Dibatalkan dan Ubah Arah
Namun Arief menyadari erupsi gunung berapi merupakan bencana alam yang sulit untuk diprediksi. "Tidak ada satu pihakpun yang bisa memastikan situasi Gunung Agung, kapan meletus, berapa skalanya, dan dampaknya bagaimana," ucapnya. “Itu yang membuat kami itu deg-degan setiap saat.”
Berdasarkan data Kementerian pariwisata, sebanyak 40 persen wisatawan mancanegara memilih Bali sebagai destinasi wisata, disusul dengan Jakarta dan Kepulauan Riau yang persentasenya 30 persen dan 20 persen. "Bali itu produk unggulan pariwisata saat ini, Namun tiba-tiba Gunung Agung mulai aktif," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan penutupan Bandara Internasional Lombok Praya karena terdampak dari letusan Gunung Agung di Bali. Menurut VAAC Darwin, arah sebaran debu vulkanik letusan Gunung Agung itu mengarah ke Timur - Tenggara menuju Bandara Internasional Lombok Praya (LOP).
Agus mengatakan di sekitar Bandara Lombok memang tidak terdapat debu vulkanik. namun, debu itu berada di langit di sekitar bandara, sehingga menghalangi penerbangan pesawat. "Untuk itu, demi keselamatan penerbangan maka Bandara Lombok ditutup sehingga operasional dari dan menuju bandara tersebut dihentikan," ujar Agus.
Untuk itu Agus meminta para penyelenggara penerbangan dan semua pihak terkait untuk mematuhi aturan tersebut dan tidak memaksakan kehendak terkait penerbangan pesawat karena status Gunung Agung tersebut. "Semua operasional penerbangan harus mematuhi aturan keselamatan penerbangan. Tidak boleh memaksakan kehendak dengan alasan apapun sampai dinyatakan selamat dan aman oleh petugas yang berwenang."