TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan 33 persen konsumen pompa bensin mengeluhkan takaran yang tidak sesuai. Hal ini diketahui berdasarkan hasil aduan pelanggan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), yang diterima YLKI pada periode Januari-November 2017.
Staf bidang Pengaduan dan Hukum YLKI, Abdul Baasith, mengatakan mayoritas pelanggan SPBU mengeluhkan adanya ketidaksesuaian takaran yang mereka terima. "Mereka mengeluhkan takaran BBM (bahan bakar minyak) kurang," katanya dalam dialog publik membahas hak dan kewajiban pelanggan SPBU, yang diadakan YLKI di Hotel Acacia, Jakarta, Kamis, 23 November 2017.
Selain mengenai takaran, keluhan lain pelanggan SPBU disusul soal informasi 11 persen, struk BBM, pelayanan, dan keluhan lain. YLKI, kata dia, telah melakukan uji petik tahun lalu untuk menguji takaran BBM yang dijual di SPBU milik Pertamina.
Dari hasil uji petik tersebut, didapatkan dua dari 299 nozzle di 48 SPBU hasilnya melebihi standar batas toleransi, yang dihitung dari rata-rata menggunakan batas toleransi kemetrologian legal kurang dari 100 mililiter per 20 liter. Namun, jika mengacu pada standar Pertamina, yakni 60 ml per 20 liter, terdapat 14 nozzle yang tidak sesuai dengan standar.
"Secara keseluruhan memang masih kecil, tapi harus terus diawasi," ucapnya. Di sisi lain, dari hasil uji petik tersebut ditemukan enam toilet dan empat musala tidak sesuai dengan harapan konsumen.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menilai, saat ini, pengawasan takaran SPBU masih kurang maksimal. Alasannya, pengawasan di bidang kemetrologian oleh pemerintah hanya setahun sekali. "Seharusnya bisa dua kali dalam setahun," katanya.
Menurut dia, sejauh ini, Pertamina sudah mempunyai pengawasan dan pengukuran yang cukup baik. Namun tidak ada salahnya jika pengawasan terhadap tera di SPBU ditingkatkan. "Nantinya akan semakin baik dan berpengaruh ke konsumen juga," tuturnya.
Tulus melihat SPBU yang harus mendapat perhatian berada di luar Jawa. Musababnya, di sana minim pengawasan. "Untuk di wilayah Jawa sudah lumayan baik pengawasannya," ujarnya.
Kepala Unit Pengelola Kemetrologian Jakarta Johan Taruma Jaya mengatakan, secara umum, kondisi SPBU di Jakarta cukup baik. Dari 200 SPBU, kata dia, hanya ditemukan dua nozzle yang bermasalah. "Kejadiannya karena alih kelola," ucapnya.