TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan perhelatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 akan tetap dihelat di Nusa Dua, Bali. Luhut mengatakan letusan Gunung Agung belum membuat pemerintah mengubah lokasi perhelatan itu. “Tetap (di Bali) kami belum ada perubahan rencana,” kata dia di Jakarta, Rabu 22 November 2017.
Simak: Pertemuan IMF-Bank Dunia Sedot Anggaran Rp 868 Miliar
Luhut mengklaim saat ini kondisi Gunung Agung sudah semakin kondusif. Dia menuturkan kemarin, Gunung Agung meletus karena hujan deras, lalu ada air yang bersentuhan langsung dengan lava, sehingga menimbulkan letusan. “Cuma ada asap aja kita pada ribut,” kata dia.
Meski sudah kondusif, Luhut menghimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung tetap waspada. Namun, dia meminta warga tidak perlu takut. “Karena tidak ada tanda-tanda lain (Gunung Agung akan meletus) selain itu saja,” kata dia.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menyatakan Gunung Agung di Karangasem, Bali meletus pada Selasa 21 November 2017 pukul 17.05 Wita. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG ESDM Gede Suantika mengatakan Gunung Agung dinyatakan telah meletus karena sudah mengeluarkan letusan abu.
Meski sudah meletus, dia mengatakan pihaknya belum menaikan status Gunung Agung dari Siaga Level II. Dengan status itu, masyarakat dilarang berada dalam radius 6 kilometer dari kawah gunung dan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya dalam jarak 7,5 kilometer.
Gede mengatakan pihaknya tengah memantau ketat aktivitas Gunung Agung. Dia mengaku khawatir tentang kemungkinan adanya letusan susulan. “Ini ngebut terus, takutnya diikuti letusan, dentuman,” kata dia saat dihubungi, Selasa, 21 November 2017.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan letusan Gunung Agung bertipe freatik atau terjadi karena adanya uap air bertekanan tinggi. Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan letusan tersebut terjadi karena adanya air yang meresap ke dalam kawah dan bersentuhan dengan lava.
“Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air di bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi di Denpasar.
Menurut Sutopo, letusan freatik seringkali disertai asap, abu dan material yang ada di dalam kawah. Sutopo menuturkan letusan freatik sulit diprediksi karena tidak ada tanda-tanda peningkatan gempa.
ROSSENO AJI NUGROHO | AHMAD FIKRI