TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi enggan menyebut dana proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi membengkak Rp 5 triliun. Dia mengatakan pembangunan LRT membutuhkan tambahan dana untuk meningkatkan teknologi yang dipakai dalam proyek tersebut.
“Enggak membengkak. Tergantung kami mau investasi teknologinya dengan spesifikasi seperti apa,” kata dia di Jakarta, Selasa, 21 November 2017.
Baca juga: Menteri Luhut: Perlu Dipertimbangkan LRT hingga Meikarta
Budi mengatakan awalnya pemerintah memiliki dua pilihan teknologi untuk digunakan di proyek LRT, yakni fixed block dan moving block. Pemerintah, kata dia, kemudian memilih moving block sebagai skema pembangunan LRT.
Budi mengatakan pilihan tersebut menyebabkan kebutuhan dana bertambah. Namun, Budi mengklaim pilihan moving block menyebabkan kapasitas penumpang yang bisa diangkut LRT bertambah.
“Kalau kita pakai fixed block jumlah penumpang yang bisa diangkut hanya 300 ribu orang per hari. Sementara kalau pakai moving block penumpang yang bisa diangkut mencapai 430 ribu orang per hari,” kata Budi.
Budi berujar dengan penambahan jumlah penumpang tersebut, berarti telah terjadi efisiensi hampir 50 persen. Sedangkan, persentase jumlah dana yang ditambahkan, kata dia, tidak sebesar itu. “Jadi ini pilihan saja,” kata dia.
Sebelumnya, pemerintah merevisi biaya pembangunan proyek LRT Jabodebek dari RP 26,7 triliun menjadi Rp 31 triliun. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan penambahan biaya diperlukan untuk menambah jumlah sarana penunjang.