TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia membutuhkan investasi swasta senilai Rp 11 triliun untuk mengembangkan pariwisata Danau Toba di Sumatera Utara. Investor asal Cina dan Singapura disebut telah menyatakan minat untuk menggarap fasilitas pendukung di kawasan pariwisata tersebut.
Direktur Keuangan Umum dan Komunikasi Publik Badan Pengelola Otoritas Danau Toba, Faisal, mengatakan sejauh ini ada 40 investor yang telah menyatakan minat untuk mengembangkan pariwisata sekitar Danau Toba, dengan 27 di antaranya berasal dari Cina dan Singapura.
"Paling serius itu Cina, mereka ingin membangun resort, kereta gantung, dan kereta api mengelilingi Danau Toba," ujarnya di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada Minggu, 19 November 2017.
Faisal menjelaskan berdasarkan perhitungan Badan Pengelola Otorita Kawasan Pariwisata Danau Toba pada 2016, total investasi untuk mengembangkan Pariwisata Danau Toba mencapai Rp 21 triliun hingga 2019.
Baca: Dukung Wisata Danau Toba, KAI Operasikan Kereta Api Premium
Pemerintah melalui beberapa kementerian terkait dan pemerintah daerah diproyeksikan hanya mampu menyediakan dana sebesar Rp 10 triliun, kekurangannya sebesar Rp 11 trilun diharapkan berasal dari swasta.
Alokasi dana Rp 10 triliun dari pemerintah digunakan untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, revitalisasi pelabuhan penyeberangan, dan lainnya. Swasta diharapkan terlibat untuk menyediakan hotel, restoran, dan kereta gantung.
"Targetnya ialah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 1 juta pada 2019. Tahun depan 500 ribu dan posisi sekarang 197 ribu wisman. Kami harapkan akhir tahun bisa mencapai 300 ribu wisman," ujar Faisal.
Dikatakan, investor yang berminat membangun resort akan dipusatkan di Sibisa dan terbuka juga di lokasi Taman Bunga melalui skema sewa selama 30 tahun dengan opsi perpanjangan hingga 80 tahun. Proses perizinan juga bakal disediakan satu pintu karena Kementerian Pariwisata berambisi menjadikan Kawasan Danau Toba menjadi single destination, single management.