TEMPO.CO, Jakarta - CEO Bukalapak Ahmad Zaky menjelaskan, tantangan ke depan yang akan dihadapi startup di Indonesia adalah sumber daya manusia atau talent. Menurut dia, talent merupakan kunci utama dari perusahaan e-commerce untuk merambah pasar internasional dan lokal.
"Banyak startup yang memberikan bayaran cukup tinggi untuk talent (berkualitas). Masalahnya startup kecil jadi tidak mampu untuk mendapatkan talent berkualitas seperti itu," ujarnya saat ditemui wartawan setelah menghadiri acara diskusi Digital Economic Briefing 2017 yang digelar oleh Tempo Media Group di gedung Indosat Ooredoo Pusat, Jakarta Pusat, Kamis, 16 November 2017.
Zaky menjelaskan, basis utama dari bisnis e-commerce hanya talent yang pada akhirnya bisa memberi value terhadap perusahaan. Meski memiliki valuasi US$ 1 juta, bisnis e-commerce tetap assetless alias tidak memiliki aset.
Berbeda dengan bisnis lain yang memiliki aset berupa benda, seperti gedung dan mobil. "Kantor Bukalapak itu awalnya kosan, dulu banyak karyawan yang keluar karena enggak yakin dengan usaha ini," ujarnya.
Ia menyebutkan, konsep talent sebagai aset tidak hanya terjadi di startup Indonesia, tapi juga perusahaan rintisan lain, seperti Facebook, Amazon, dan Ebay, yang aset utamanya merupakan talent yang inovatif dan membuat perusahaan menjadi sukses.
Ia menjelaskan, tanpa talent yang mumpuni, e-commerce akan kehilangan kesempatan untuk terlibat dalam dunia bisnis yang nilai transaksinya sudah mencapai belasan triliun rupiah ini.
Pada kesempatan yang sama, Zaky juga menjelaskan, Bukalapak mendapatkan suntikan dana dari investor yang membuatnya menjadi startup berkategori Unicorn keempat di Indonesia. Namun, dia enggan mengatakan investor mana yang memberikan bantuan dana kepada e-commerce yang ia klaim mempertahankan nilai lokal dalam struktur kepemilikan. "Pokoknya value kami sudah US$ 1 miliar," ujarnya.