TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 8.000 siswa sekolah kejuruan dan orang tua mengikuti dialog nasional dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Mereka mengeluhkan minimnya kesempatan melakukan praktik kerja akibat terbatasnya peralatan sekolah.
Sejumlah siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten dan Kota Kediri tak menyia-nyiakan kesempatan saat mendapat kesempatan berdialog dengan kedua pejabat kementerian. Mereka mengeluhkan minimnya kesempatan melakukan praktik kerja di sekolah hingga rendahnya serapan pekerjaan terhadap alumnus sekolah kejuruan.
“Kami praktik hanya satu hingga dua kali sebulan,” kata Diki Prasetya, siswa SMK Plosoklaten Kediri dalam Dialog Nasional V tentang pendidikan vokasi di gedung Sasana Krida Surya Kencana PT Gudang Garam Tbk Kediri, Rabu, 15 Nopember 2017.
Pelajar kelas tiga tersebut mengaku tak bisa maksimal mempelajari teori di kelas karena tak didukung praktik yang cukup. Akibatnya, mereka kerap kebingungan saat mengoperasikan peralatan mekanik di perusahaan industri. Padahal sekolah ini dirancang mempersiapkan kemampuan keterampilan pelajar agar siap memasuki dunia kerja.
Airlangga Hartarto mengaku telah mempersiapkan solusi bagi SMK melalui pendidikan vokasi. Solusi itu di antaranya meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merevisi kurikulum SMK untuk memberi porsi besar pada aktivitas praktik dibanding teori.
Dia juga meminta kepala sekolah untuk mendata kebutuhan peralatan praktik siswa. “Nanti biar dicek oleh Dirjen sejauh mana kurikulum baru ini diterapkan di sekolah-sekolah SMK,” ujarnya.
Airlangga menambahkan, persoalan mendasar kurang terserapnya lulusan SMK oleh perusahaan industri adalah kapasitas mereka yang rendah. Banyak lulusan SMK yang tidak memenuhi standar kebutuhan tenaga kerja industri dengan alasan kurang cakap. Padahal jumlah lulusan SMK di Indonesia mencapai 600 ribu orang setiap tahun dan tidak bisa ditampung perguruan tinggi.
Sejak awal 2017, pemerintah telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang menghubungkan penyelenggara sekolah kejuruan dengan perusahaan industri. Program ini memberi standar kemampuan lulusan SMK agar tersertifikasi dan bisa langsung diterima sebagai tenaga kerja perusahaan industri.
Di lain pihak, pemerintah juga mendorong perusahaan nasional untuk memprioritaskan perekrutan tenaga kerja dari lulusan sekolah kejuruan. Ditargetkan jumlah serapan lulusan SMK ke sektor industri akan meningkat pada tahun ketiga atau 2020 mendatang.
Direktur PT Gudang Garam Tbk Istata Taswin Siddharta membuka kesempatan kepada para lulusan SMK bergabung di perusahaannya. Bahkan jauh sebelum pemerintah meluncurkan program vokasi, perusahaan rokok ini telah merekrut banyak sekali lulusan sekolah kejuruan di berbagai jenjang pekerjaan. “Sejak dulu dan sampai kapan pun kami telah membuka kesempatan luas untuk bergabung,” katanya.