TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan memberikan perhatian lebih kepada para siswa sekolah menengah kejuruan. Pemerintah menargetkan akan merevitalisasi 1.700 SMK hingga 2019.
"Kalau sudah semuanya terealisasi, maka akan ada 1 juta siswa (SMK) yang mendapatkan pelatihan," katanya dalam sambutan di acara Dialog Nasional Ke-5 di gedung Sasana Kridha Surya Kencana PT Gudang Garam Kediri, Jawa Timur, Rabu, 15 November 2017.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan lulusan SMK mendominasi pengangguran pada Agustus 2017. Di sisi lain, pemerintah menyatakan menggencarkan pendidikan vokasi dalam dua tahun terakhir.
BPS mencatat jumlah lulusan SMK yang menganggur mencapai 11,41 persen dari total 7,04 juta pengangguran per Agustus 2017. Sementara pengangguran dari lulusan sekolah dasar 2,62 persen, sekolah menengah pertama 5,54 persen, sekolah menengah atas 8,29 persen, diploma I/II/III 8,29 persen, dan universitas 5,18 persen.
Menurut Airlangga, peningkatan sekolah vokasi bisa mendorong daya saing industri. Pendidikan vokasi harus dibangun sekompetitif mungkin agar mempunyai daya saing masuk ke sektor industri.
Namun, kata Airlangga, sejauh ini ada anggapan masuk sekolah vokasi lebih sulit karena jumlahnya tidak terlalu banyak. "Pemerintah sudah berkomitmen memberikan perhatian spesial, dan akan memprioritaskan SMK agar lebih hebat. Kami juga membuat program link and match," ujarnya.
Selain itu, pemerintah telah membuat kurikulum berbasis kompetensi serta tersambung dan sesuai (link and match) dengan industri. Nantinya, lulusan vokasi yang terampil akan terserap di dunia kerja sesuai dengan kebutuhan.
Ia mencontohkan, Jawa Timur termasuk salah satu kota yang telah menjalankan program link and match pertama di Indonesia. Bahkan 32 persen pendapatan Jawa Timur berasal dari sektor industri. "Industri Indonesia sudah masuk peringkat ke-9 dunia," kata Menteri Perindustrian.