TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis retail di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami penurunan. Kian menjamurnya toko online yang tersebar di sejumlah kota besar mendesak gerai ritel perlahan-lahan tutup.
Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Jawa Tengah, Budi Soeseno, menuturkan saat ini bisnis retail terus tergerus oleh digitalisasi, sehingga para pengusaha merasa resah dan tidak bisa berbuat banyak tentang perkembangan teknologi.
"Kami pengusaha retail merasa tertekan akan banyaknya toko online karena sangat mengurangi penjualan hingga 40 persen, ini tentunya merupakan penurunan cukup besar sampai akhir Oktober, yang biasanya pada tahun sebelumnya turun namun tidak banyak seperti tahun ini," tuturnya Selasa, 14 November 2017.
Baca: Tutup Gerai di DMall Depok, Bisnis Retail Golden Truly Lesu?
Selain itu, pajak yang cukup tinggi dari pemerintah juga memberatkan pengusaha retail yang bertahan di tengah era digitalisasi yang semuanya sudah berbasis dalam jaringan atau daring untuk bertransaksi.
Budi mencontohkan, beberapa toko retail besar yang tutup di Jakarta seperti Hypermart dan sejumlah toko retail lain menjadi bukti bahwa toko online sangat berpengaruh dalam penjualan yang turun cukup banyak di 2017.
"Pemerintah haruslah mengambil langkah tegas sebagai upaya untuk menyelamatkan para pengusaha retail di Jawa Tengah, karena jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka beberapa gerai retail besar seperti matahari dan semacamnya tinggal menunggu waktu untuk tutup," ujarnya.
Untuk 2018, Budi pesimistis bisnis retail akan bisa berkembang, karena nanti masyarakat lama kelamaan mulai enggan berbelanja di toko ritel yang ada.