TEMPO.CO, Jakarta - PT Borneo Pasifik Global (BPG) meyakini Indonesia siap untuk mendominasi pasar batu bara di Cina setelah mengikuti The 17th China Coal and Mining Expo (CCME) di Beijing pada 25-28 Oktober 2017.
"Tanggapan pasar sangat baik. Mereka terlihat antusias untuk memahami lebih jauh perdagangan batu bara di Indonesia. Kami ingin membuat hubungan dagang batu bara Indonesia dan Cina menjadi lebih baik," kata Kepala Pemasaran PT Borneo Pasifik Global, David Tjie, melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa, 14 November 2017.
Sementara itu, CEO PT Borneo Pasifik Global, Rendy Halim, tengah berusaha agar konsumen industri, perusahaan pembangkit listrik, hingga investor di sektor pertambangan dan energi dari Cina bisa memahami aturan dan iklim usaha sektor pertambangan di Indonesia.
Baca: Harga Batu Bara Turun Setelah Rebound Berturut-turut
Cina memerlukan pasokan energi yang besar untuk mengimbangi pertumbuhan sektor industri yang pesat. Hal tersebut membuka peluang lebih besar bagi pelaku usaha batu bara Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Cina.
"BPG mendapat kepercayaan mewakili Indonesia untuk pertama kali dalam pameran batu bara terbesar di Cina itu," ujar Rendy.
Pada acara itu, PT BPG menampilkan beberapa produk batu bara andalan Indonesia, antara lain BPG 47 (NAR44), BPG 42 (NAR38), dan BPG 38 (NAR35). Produk-produk dengan kadar sulfur di bawah satu persen cocok untuk memenuhi kebutuhan sektor industri di Cina yang peduli dengan kebersihan udara.
PT BPG mulai mengekspor batu bara ke Cina pada 2015 dengan volume awal mencapai ratusan ribu ton per tahun. Satu tahun kemudian ekspor ke Cina tumbuh 180 persen. Pada akhir 2017, pertumbuhan ekspor ke Cina secara kumulatif akan mencapai 310 persen.
ANTARA