TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan pihaknya tengah mempersiapkan insentif fiskal untuk industri mobil listrik. Ia mengklaim, tanpa insentif yang diberikan, maka harga mobil listrik bisa lebih mahal 30 persen dari pada mobil biasa karena mobil listrik akan menggunakan dua mesin.
Hal terpenting bagi produsen otomotif nasional saat ini dalam pengembangan dan komersialisasi kendaraan listrik adalah pemberian insentif fiskal. "Insentif ini mampu memacu daya saing produksi lokal di kancah internasional dan membuat harga jual bisa terjangkau oleh kosumen di Indonesia," ujar Airlangga seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perindustrian, Selasa, 14 November 2017.
Ia mengklaim saat ini sudah melakukan koordinasi dan pembahasan dengan Kementerian Keuangan terkait pemberian fasilitas insentif tersebut. Ia berharap pembahasan itu bisa segera selesai di akhir tahun 2017.
Adapun mekanisme pemberian insentif ini, kata dia, akan diberikan secara bertahap disesuaikan dengan komitmen pendalaman manufaktur yang telah diterapkan di beberapa sektor industri.
“Misalnya, insentif diberikan karena membangun pusat penelitian dan pengembangan untuk komponen motor listrik, baterai, dan power control unit, serta peningkatan penggunaan komponen lokal,” ujar Airlangga.
Oleh karena itu, Kemenperin mendorong agar produsen otomotif di Indonesia aktif melakukan riset dalam pengembangan energi alternatif bagi kendaraan. Misalnya, pemanfaatan pada minyak kelapa sawit dan rumput laut. Terlebih Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia memiliki potensi yang baik untuk pengembangan bahan bakar biofuel.
Airlangga mencontohkan, di Jepang sudah dijual kendaraan yang berbasis tenaga hidrogen. Teknologi ini semestinya pun bisa diterapkan di Indonesia karena sektor manufaktur di dalam negeri, seperti pabrik pupuk sudah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan gas hidrogen melalui proses gasifikasi batubara. “Kendaraan Ini emisinya juga hampir nol, buangannya dalam bentuk H2O atau air,” ujarnya.
Salah satu industri otomotif di Indonesia yang mulai mengembangkan mobil listrik ialah PT Nissan Motor Indonesia. Produsen mobil asal negeri samurai itu saat ini sedang mengembangkan mobil listrik Nissan Note e-POWER.
“Tenaganya powerful karena engine full electric vehicle (EV). Tadi coba sampai kecepatan 80 km/jam. Kalau dari sisi otomotifnya sudah layak, apalagi dengan EV yang emisinya lebih rendah tentu pemerintah akan dukung,” ujar Airlangga saat melakukan uji kemudi kendaraan tersebut.
President Director PT Nissan Motor Indonesia Eiichi Koito mengatakan, sistem penggerak motor listrik atau e-POWER dari Nissan merupakan solusi inovatif untuk mulai memperkenalkan kendaraan bertenaga listrik di Indonesia.
“Nissan menciptakan standar baru dalam pasar kendaraan zero emission melalui kehadiran Nissan LEAF. Teknologi e-POWER akan menjadi jembatan ideal dalam perubahan penggunaan mobil berbahan bakar bensin dan solar menjadi kendaraan listrik seutuhnya. Ini untuk mendukung rencana pemerintah Indonesia terkait elektrifikasi,” ujarnya.
Koito menuturkan e-POWER pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 2016. “Sistem penggerak elektriknya diadaptasi dari teknologi Nissan LEAF, yang merupakan kendaraan listrik terlaris di dunia,” kata dia.