TEMPO.CO, Jakarta - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) akan melayangkan somasi kepada PT Pertamina, yang dinilai menjual premium dan solar terlalu mahal dari harga semestinya.
"Besok, kami akan layangkan somasinya ke Pertamina," kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin saat dihubungi Tempo di Jakarta, Senin, 13 November 2017.
Baca juga: SPBU Vivo Naikan Harga RON 89 dari Rp 6.100 Jadi Rp 6.300
Menurut dia, harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dengan RON 88, yang dilego Rp 6.550, idealnya seharga Rp 5.800 per liter karena harga Mean Oil Platts Singapore (MOPS) di kisaran RP 4.600 per liter.
"Pertamina menjual lebih mahal karena ada inefisiensi dan dugaan manipulasi akibat tidak transparan dalam proses penetapan harga," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan semua jenis BBM, dari Premium 88, Solar 48, Pertamax 92, Pertamax Turbo 98, hingga Perta Dex 51, harga perolehannya masih dihitung terlalu mahal. Pemerintah menetapkan harga dengan patokan banderol internasional (boarder price) berdasarkan MOPS.
"Harga RON 89 Vivo yang lebih murah harus dijadikan momentum untuk membongkar tidak tranparannya penetapan harga BBM Pertamina," tuturnya.
Jika Pertamina menjual Premium RON 88 seharga Rp 6.550 per liter, harga MOPS Premium 88 menurut Pertamina adalah Rp 5.200 per liter atau dikurangi pajak pertambahan nilai, pajak BBM dan Alpha untuk perhitungan profit Pertamina, serta biaya angkut/distribusi. Harga MOPS menurut Pertamina adalah Rp 5.200 per liter dinilai terlalu mahal untuk bensin RON 88 dengan kadar belerang 200 ppm, yang tidak memenuhi syarat untuk BBM kendaraan berstandar Euro1.
"Coba kita bandingkan dengan harga MOPS Australia Rp 5.181 per liter untuk bensin RON 95 kadar belerang 10 ppm (BBM untuk kendaraan standar Euro 6), harga MOPS lebih murah sekalipun kualitasnya jauh lebih tinggi," katanya.
Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan perseroan akan terbuka jika ada yang ingin mengetahui dasar penetapan harga BBM saat ini. "Kami akan jawab nantinya tentang komponen harga jual, termasuk pajak-pajaknya," ucapnya.
Menurut dia, harga BBM bersubsidi saat ini tidak mungkin turun. Musababnya, harga pasar internasional untuk gasoline RON 88 telah tembus di atas US$ 70 per barel.
Iskandar mengatakan pendatang baru PT Vivo Energi Indonesia menjual bensin RON 89 dengan harga lebih murah dari premium yang dijual Pertamina saat ini merupakan strategi pemasaran.
"Tolong dibedakan strategi marketing yang baru masuk satu titik untuk daya tarik konsumen. Coba deh harga Pertamina (dibandingkan) dengan Shell dan Total, murah yang mana?" tuturnya.